RSS

Tuesday 2 June 2015

MERAIH PRESTASI BELAJAR

Nama          : Achda Fitriah
NIM            : 11140163000007
Kelas           : Fisika 2A
Nama Blog  : PHYSICS ZONE
http://www.anneahira.com

SEKILAS TENTANG MERAIH PRESTASI BELAJAR


             Umumnya setiap peserta didik ingin meraih keberhasilan dan kesuksesan dimasa yang akan datang setelah mereka tamat dari bangku sekolah. Untuk meraih keberhasilan itu maka dibutuhkan evaluasi dan prestasi yang baik, sebab tanpa adanya evaluasi, tidak akan ada prestasi atau dengan kata lain, prestasi siswa tidak diketahui secara mudah. 

        Masalah-masalah rumit yang dialami oleh peserta didik, seringkali dan bahkan hampir semua sebenarnya berasal dari sistem yang diterapkan dalam evaluasi. Mereka biasanya selalu dihadapkan pada ranah kognitif saja, yang dimaksudkan untuk mendapatkan nilai, evaluasi ini lebih cenderung kepada kuantitatif. Dengan kemampuan berpikir dan menilai, peserta didik seringkali dinilai dalam bentuk kualitatif yang bersifat subjektif.

Ini dia Pengertian Prestasi Belajar! 
  • Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008 : 18) prestasi merupakan hasil belajar yang berasal dari infomasi yang telah diperoleh pada tahap proses belajar sebelumnya.
  • Menurut Asep Jihat (2009:1) belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
  • Menurut Sardiman (1996:22) belajar merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Prestasi belajar yang sering disebut juga hasil belajar yang artinya apa yang telah dicapai oleh suatu siswa setelah melakukan kegiatan balajar yang mencakup aspek kongnitif, afektif dan psikomotor (Tohirin, 2005 : 151).
         Prestasi siswa dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar mengajar.
  • Menurut Hadari Nawawi (1998 :100) Prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
  • Menurut Oemar Hamalik (2003:146) untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa maka perlu diadakan pengukuran secara :
1. Penilaian (assessment) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program intruksional.
2. Pengukuran (measurement) berkenaan dengan pengumpulan data deskriptif tentang produk siswa dan atau tingkah laku siswa, dan hubungannya dengan standar prestasi atau norma.

          Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki oleh siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi – informasi sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran, yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan penilaian hasil belajar.

Faktor Apa Saja Sih yang Berpengaruh?

Menurut Slameto (1998 : 56) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Secara rinci faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a) Faktor intern meliputi :

1) Faktor jasmani yang terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh
2) Faktor psikologi yang terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelemahan.

b) Faktor ekstern meliputi :

1)  Faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah terdiri atas metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas belajar.
3) Faktor masyarakat terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, temen bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Evaluasi Itu Penting!

https://encrypted-tbn3.gstatic.com
          Prestasi belajar atau hasil belajar siswa perlu diketahui oleh siswa yang bersangkutan guna mengetahui seberapa besar kemajuan yang telah dicapai oleh siswa serta seberapa baik kualitas dari proses pembelajaran itu sendiri. Prestasi belajar siswa dapat ketahui melalui proses evaluasi pembelajaran.
  • Menurut Muhibbin Syah (2006 : 197) tujuan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah diketahui siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu. Sehingga guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.

b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan siswa dalam kelompok kelasnya. posisi yang dimaksud adalah mutu kemampuan yang dimiliki siswa di kelas jika dibandingkan dengan teman – temen lainnya.

c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Maka dengan evaluasi guru dapat mengetahui usaha yang dilakukan siswa apakah efisien atau tidak dalam usaha mencapai prestasi.

d. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki untuk keperluan belajar dalam usaha mencapai prestasi belajar.

e. Untuk mengetahui keefektifan metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.


Evaluasi Prestasi Belajar


http://www.bengkuluonline.com


Definisi Evaluasi

          Ialah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.[1] Padanan kata evaluasi adalah Assessment yang menurut Tardif (1989) berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assessment, ada pula kata lain yang sama arti dan relatif lebih mahsyur dalam dunia pendidikan yakni kata tes, ujian, dan ulangan.[2]

Tujuan dan Prinsip Evaluasi Belajar

I. Tujuan

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
4. Untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan kapasitas kognitifnya untuk keperluan belajar.
5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar -mengajar.

II. Fungsi Evaluasi

a. Fungsi administrasi untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku rapor.
b. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan.
c. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan adanya perencanaan program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
d. Fungsi BK untuk pasokan siswa yang memerlukan BK.
e. Fungsi bahan pertimbangan kurikulum, metode dan alat-alat proses belajar-mengajar.
b. Prinsip-Prinsip Evaluasi Belajar

Menurut Wiyono dan Tumardi (2003:8—10), prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Komprehensif
2) Mengacu pada Tujuan
3) Objektif
4) Kooperatif
5) Kontinuitas
6) Praktis, Ekonomis, dan Mendidik

Ragam Evaluasi

1. Pre test dan post test.
2. Evaluasi prasyarat.
3. Evaluasi diagnostik.
4. Evaluasi formatif.
5. Evaluasi sumatif.
6. UAN/UN.

Syarat dan Ragam Alat Evaluasi

a. Syarat Alat Evaluasi
1. Reabilitas: Tahan uji dan dapat dipercaya, serta konsisten terhadap hasil.
2. Validasi: Keabhasan, maksudnya megukur sesuai dengan konteks pembelajaran (eksakta atau sosial).

b. Ragam Alat Evaluasi
1. Bentuk objektif
  • Tes benar-salah.
  • Tes pilihan berganda.
  • Tes pencocokan (menjodohkan).
  •  Tes isian.
  • Tes pelengkapan (melengkapi).
2. Bentuk subjektif: Biasanya menggunakan tes essai, yang dianggap lebih memungkinkan untuk penilaian subjektif.

Macam – Macam Evaluasi Belajar

Berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1. Evaluasi diagnostik: Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif: Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi penempatan: Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4. Evaluasi formatif: Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
5. Evaluasi sumatif: Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa.

Berdasarkan sasaran :
1. Evaluasi konteks: Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan.
2. Evaluasi input: Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Evaluasi proses: Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. Evaluasi hasil atau produk: Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
5. Evaluasi outcom atau lulusan: Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

Berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :
1. Evaluasi program pembelajaran: Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
2. Evaluasi proses pembelajaran: Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
3. Evaluasi hasil pembelajaran: Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi.

Berdasarkan objek :
1. Evaluasi input: Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
2. Evaluasi tnsformasi: Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-lain.
3. Evaluasi output: Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan subjek :
1. Evaluasi internal: Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
2. Evaluasi eksternal: Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.

Kelebihan dan Kelemahan Test Objektif dan Essay

Test Objektif
     a. Kelebihan Test Objektif yaitu:
  • Untuk menjawab test objektif tidak banyak memakai waktu.
  • Reabilitasnya lebih tinggi kalau di bandingkan dengan test Essay, karena penilainnya bersifat objektif.
  • Pemberian nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah karena tidak menuntut keahlian khusus dari pada si pemberi nilai.
  • Objektif test tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah dilaksanakan.
  • Validity test objektif lebih tinggi dari essay test, karena samplingnya lebih luas.
     b. Kelemahan Test Objektif yaitu :
  • Murid sering menerka-nerka dalam memberikan jawaban, karena mereka belum menguasai bahan pelajaran tersebut.
  • Memang test sampling yang diajukan kepada murid- murid cukup banyak, dan hanya membutuhkan waktu yang relative singkat untuk menjawabnya.
  • Tidak biasa mengajak murid untuk berpikir taraf tinggi.
  • Banyak memakan biaya, karena lembaran item- item test harus sebanyak jumlah pengikut test.
Ø Tes objektif ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;

1. SALAH- BENAR atau True- False (T- F)
     a. Kelebihan S - B yaitu :
  • Soal ini baik untuk hasil- hasil, dimana hanya ada dua alternative jawaban.
  • Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca.
  • Tidak begitu sulit menentukan jawaban pengecoh.
  • Pembuatan soal relative lebih mudah karena hanya mengarah pada 2 option jawaban.
  • Tidak perlu membuat jawaban pengecoh.
  • Soal tidak menggunakan pernyataan yang berarti ganda/lebih.
  • Soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.
  • Soal terhindar dari pernyataan yang tidak perlu.
  • Tidak membosankan siswa karena pilihan jawaban sedikit.
  • Tepat untuk mengukur kemampuan kognitif (ingatan).
  • Sejumlah soal relative dapat dijawab dalam tipe test secara berkala.
  • Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.
     b. Kelemahan S - B yaitu :
  • Sulit menuliskan soal diluar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda.
  • Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik.
  • Tidak bisa untuk mengukur kemampuan analisa.
  • Kurang cocok untuk soal hitungan.
  • Soal kurang bervariasi.
  • Tidak ada informasi diagnostic dari jawaban yang salah.
  • Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka.
2. PILIHAN BERGANDA atau Multiple Choise ( M- Ch)
https://encrypted-tbn0.gstatic.com
     a. Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:
  • Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.
  • Terstruktur dan petunjuknya jelas.
  • Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.
  • Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
  • Dapat diaplikasikan dengan komputer baik penampilan soal dan perhitungan nilainya, interaktif
  • Dapat menggunakan rumus singkat
  • Semua indikator dapat terwakili
  • Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas
  • Materi yang ditanyakan jelas arahnya
  • Soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
  • Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.
     b. Kelemahan Pilihan Berganda yaitu:

  • Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.
  • Sulit menemukan pengacau.
  • Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.
  • Kurang menggambarkan sebuah proses
  • Tingkat kemampuan yang terukur sangat terbatas
  • Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi yang telah dipelajari
  • Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.

3. ISIAN atau Completion
     a. Kelebihan Isian atau Completion yaitu :

  • Sangat mudah dalam penyusunannya.
  • Lebih menghemat tempat ( menghemat kertas ).
  • Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh test model ini.
  • Digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.

     b. Kelemahan Isian atau Completion yaitu :

  • Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.
  • Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk diajukan.
  • Tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal.

4. JAWABAN SINGKAT atau SHORT ANSWER
     a. Kelebihan Jawaban Singkat yaitu :
  • Mudah dalam perbuatan
  • Kemungknan menebak jawaban sangat sulit
  • Cocok untuk soal- soal hitungan
  • Hasil- hasil pengetahuan dapat diukur secara luas.
  • Kelemahan Jawaban Singkat yaitu:
  • Sulit menyusun kata- kata yang jawabannya hanya satu.
  • Tidak cocok untuk mengukur hasil- hasil belajar yang komplek.
  • Penilaian menjemukan da memerlukan waktu banyak.
5. MENJODOHKAN atau MATCHING
     a. Kelebihan Menjodohkan yaitu:
  • Suatu bentuk yang efisien diberikan dimana sekelompok respon sama menyesuaikan dengan rangkaian isi soal.
  • Waktu membaca dan merespon relative singkat.
  • Mudah untuk dibuat.
  • Mudah dalam pengoreksian.
  • Memudahkan siswa menjawab soal karena jawaban sudah tersedia.
  • Praktis penggunaaannya.
  • Mudah penulisan soalnya.
  • Dapat memotivasi daya ingat siswa.
  • Tidak diperlukan pengecoh yang banyak.
  • Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.
     b. Kelemahan Menjodohkan yaitu:
  • Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/ pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.
  • Sulit menyusun soal yang mengandung sejumlah respon yang homogen.
  • Terlalu banyak jawaban yang harus dipilih.
  • Sulit mencari pasangan-pasangan yang relevan dengan soal.
  • Hanya mengukur materi yang bersifat hapalan/recall.
  • Bila yang belum terjawab tinggal sedikit dapat ditebak.
  • Siswa tidak bisa memecahkan masalah yang lebih sulit.
  • Tidak melatih anak untuk berfikir kritis.
  • Pengecoh jawaban tidak bervariasi.
  • Tidak dapat mengembangkan daya fikir siswa.
  • Memungkinkan siswa menjawab berspekulasi/untung-untungan.
  • Mudah terpengaruh dengan petunjuk yang tidak relevan.

TEST ESSAY
     a. Kelebihan Test Essay yaitu:
  • Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
  • Murid tidak dapat menerka- nerka jawaban soal.
  • Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan test objektif.
  • Derajat ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat- kalimatnya.
  • Jawaban diungkapakan dalam kata- kata dan kalimat sendiri, sehingga test ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.
  • Test ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, dan Sukar dinilai secara tepat mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
     b. Kelemahan Test Essay yaitu:
  • Sukar dinilai secara tepat.
  • Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
  • Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
  • Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.
Ayat dan Hadits yang menerangkan tentang prestasi belajar
Oإِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."(Q.S. Ali Imran : 190 - 191)

Bertaqwalah kepada Allah dan ikhlaskan niat niscaya Allah akan membukakan pintu pemahaman kepadamu dan akan mengajarkan padamu apa yang belum kamu ketahui serta mempermudahkanmu menuju jalan prestasi. Allah berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“……Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al-Baqarah : 282)

 وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“…….Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”(QS. Al-Imran: 7)

Rasulullah SAW. bersabda:

“Siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkan baginya jalan menuju surga. Para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada penuntut ilmu sebagai ungkapan rasa senang terhadap mereka. Dan seorang yang berilmu pengetahuan akan dimintakan istighfar baginya oleh para makhluk yang ada dilangit dan yang ada dibumi, hingga ikan paus di air. Keutamaan seorang yang berilmu pengetahuan dengan seorang yang ahli ibadah, adalah seperti keutamaan bulan dibandingkan planet-planet yang lain. Para ulama adalah pewaris para nabi. Dan para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tapi mewarisi ilmu. Maka siapa yang mengambil ilmu itu, niscaya ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.”(HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Tujuan yang paling tinggi bagi pendidik dan pelajar muslim adalah mendirikan agama Allah diatas muka bumi ini, dan bekerja dengan ikhlas bagi-Nya semata. Sesuai dengan firman Allah swt.,

قُلْ) إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ)

Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,”(al-An’aam: 162)

Melalui prestasi ilmiah akan dihasikan pemimpin di berbagai bidang yang berbeda yang membantu mendirikan agama Allah yang benar dan mendakwahkan agama itu kepada manusia. Kaum muslimin tidak mengalami keterlambatan menjadi guru dunia dalam bidang ilmu pengetahuan kecuali karena mereka meremehkan masalah berpegang pada nilai-nilai akhlak islam dan tidak menerapkan syariat Allah. Mereka telah terbelakang dalam segala hal, kemudian mereka menisbatkan islam sebagai faktor penyebab kemunduran. Padahal, pada hakikatnya ketika mereka menjauh dari islam maka mereka menjadi terbelakang.

Penuntut ilmu mempunyai kedudukan yang mulia dimata islam

Allah telah berfirman:

 ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

"….Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran."(QS. Az-Zumar: 9)

Dan Rasulullah SAW. telah bersabda:

“Barangsiapa yang keluar (berpergian) dalam rangkaian mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali.” (HR. Tirmidzi)

Para tokoh dibidang pendidikan dan pengajaran telah membuat sekumpulan nasihat-nasihat bagi para penuntut ilmu, semuanya kami ringkaskan sebagai berikut.

Berakhlaklah dengan akhlak yang mulia diantaranya cinta damai, tawadhu, sabar, rajin, bersungguh-sungguh serta berjuang, karena semua itu adalah diantara motif untuk faham, hafal, dan berprestasi. Allah Yang Maha Memberkahi dan Maha Tinggi berfirman dalam konteks memberikan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(al-Qalam: 4)

Tentukan targetmu, buatlah rancangan pada waktumu, aturlah waktu belajarmu, karena semua ini akan mempersiapkanmu untuk belajar secara produktif. Allah swt. berfirman:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”(QS. Al-Qamar :49)

Tekunlah belajar, pergunakan teknologi modern sebagai alat bantu guna menjadi pelopor dan pemegang tonggak kepemimpinan. Allah swt. berfirman:

إِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. An-Nahl:128)

Rasulullah SAW. Bersabda:

“Allah mencintai seseorang yang apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan maka ia mengerjakanya dengan sempurna.”(HR. Baihaqi)

Bergegaslah untuk selalu menghadiri pelajaran, karna ini adalah diantara jalan menuju kesempurnaan dalam memahami kecepatan dalam mengingat, dan ketepatan dalam menjawab soal. Allah Yang Maha Mulia Lagi Maha Agung berfirman sekaligus menjelaskan tujuan dari mempelajari agama dan menghadiri majelis ilmu:

 ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

“…Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”(QS. At-Taubah: 122)

Rasulullah SAW. menjelaskan juga tentang keutamaan majelis ilmu dan majelis Zikir dalam sabda,

“Sesungguhnya sekelompok orang yang duduk dalam majelis zikir karena Allah Yang Maha Mulia Lagi Maha Agung itu mereka akan dinaungi oleh para malaikat, mereka dikaruniai rahmat serta akan turun pada mereka ketentraman. Allah akan menyebut sebagai orang yang berada disisi-Nya.”(HR. Muslim)

“Majelis ilmu itu lebih baik daripada ibadah selama tujuh puluh tahun.”(Muttafaq’alaih)

Kurangi rasa takutmu pada ujian, pertajam semangatmu bertawakallah kepada Allah, perbanyak zikir kepada Allah sekaligus berdo’a , semua ini merupakan diantara faktor kesuksesan didalam ujian. Allah berfirman :

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

“ Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”(QS. Al-A’raaf: 205)

Dalil dari as-Sunnah adalah sabda Rasulullah SAW.,

“Sesungguhnya bila diatas bumi ini ada seorang muslim yang menyeru kepada kebaikan, niscaya Allah mengabulkan baginya akan ajakanya tersebut atau Allah akan menghilangkan darinya keburukan yang diakibatkannya selama ia tidak mengajak (dakwah) untuk berbuat dosa atau memutuskan silaturahmi.”(HR. Tirmidzi)

Jadi, Apa Kesimpulannya?

         Evaluasi belajar ialah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program, yang bertujuan untuk mengetahui tigkat kemampuan siswa. Syarat alat evaluasi harus reliable dan validable. Sedangkan ragam alat evaluasi haruslah bersifat objektif (kuantitatif) dan subjektif (kualitatif).

         Prestasi siswa dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar mengajar. Pengukurannya ada dua, yakni assessment dan measurement. Serta faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ialah faktor intern (personal) dan faktor extern (lingkungan).









DAFTAR PUSTAKA

Asep Jihad dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo

Wiyono, Bambang Budi, dan Tumardi. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Malang: Elang Mas.

Nawawi ,Hadari. (1998). Administrasi sekolah. Jakarta : Galio Indonesia

Hamalik, Oemar. (1995). Metode Belajar Dan Kesulitan - Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito

Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo.

Slameto (1998). Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Syah , Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Tardif, Richard.1987. The Penguin Macquarie Dictionary of Australian Education. Australia: Ringwood Victoria: Penguin Books Ltd.

Tohirin (2005). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo

[1]Muhibbin Syah. 2013. Psikologi Pendidikan.Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Hal.139

[2] Richard Tardif. 1987. The Penguin Macquarie Dictionary of Australian Education. Australia: Ringwood Victoria: Penguin Books Ltd.
Read Comments

Sunday 24 May 2015

GAMBARAN DIRI

Nama          : Achda Fitriah
NIM            : 11140163000007
Kelas           : Fisika 2A
Nama Blog  : PHYSICS ZONE

It's Me!
https://lh3.googleusercontent.com
Ini gambar diriku!

        Dari Pandangan Teman-teman aku memiliki kelebihan. Kelebihanku yaitu:
  1. Penyayang
  2. Pemaaf
  3. Asik!
  4. Sabar!
  5. Lemah lembut
  6. Pendiam
         Kemudian, di samping memiliki kelebihan, aku juga memiliki kekurangan. Kekuranganku yaitu:
  1. Malas
  2. Terlalu banyak makan
  3. Kurang peka
Read Comments

TEORI BELAJAR

Nama               : Achda Fitriah
NIM                : 11140163000007
Kelas               : Fisika 2A
Nama Blog      : PHYSICS ZONE


Makalah Teori Belajar

http://www.amaljaya.com
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

           Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.


Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .


Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.


Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.


Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.


Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:


1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;


2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;


3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;


4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;


5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;


6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).


Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.




1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah :


1. Apa pengertianTeori Belajar ?


2. Apa saja Teori Belajar itu?


3. Apa saja Prinsip-Prinsip Teori Belajar?




1.3. Tujuan Pembahasan


Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:


1. Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan


2. Memberi pengetahuan pada pembaca tentang Teori Belajar













BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN TEORI BELAJAR


Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secaraumumdidefinisikansebagaisuatu proses yang menyatukankognitif, emosional, danlingkunganpengaruhdanpengalamanuntukmemperoleh, meningkatkan, ataumembuatperubahan’spengetahuansatu, keterampilan, nilai, danpandangandunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).


Belajarsebagaisuatu proses berfokuspadaapa yang terjadiketikabelajarberlangsung. Penjelasantentangapa yang terjadimerupakan teori-teoribelajar. Teoribelajar adalahupayauntukmenggambarkanbagaimana orang danhewanbelajar, sehinggamembantukitamemahami proses kompleksinheren pembelajaran. (Wikipedia)


Pengertian teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif.


Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa atau memiliki rasa takut.

Di dalam banyak hal belajar adalah proses mencoba dengan kemungkinan untuk keliru dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang harus bisa diperhitungkan dalam menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu diajar secara langsung, kontrol, penghayatan, kontak, pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau peniruan.
Belajar melalui praktik secara langsung akan lebih efektif daripada melakukan hafalan. Pengalaman mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Bahan belajar yang bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang kurang bermakna. Informasi mengenai kelakuan yang baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan belajar akan banyak membantu kelancaran dan semangat belajar siswa. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas sehingga murid yang belajar bisa melakukan dialog dengan dirinya sendiri.








2.2. TEORI BEHAVIORISTIK


Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.


Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).


Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.


Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.


2.2.1. Prinsip-Prinsip Teori Behaviorisme


Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984)


2.2.2. Tokoh-Tokoh Teori Behaviorisme


Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :


a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)


Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.


Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.


Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.


b. Thorndike (1874-1949)


Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.


Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :


1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)


Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.


2. Hukum latihan


Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.


3. Hukum akibat ( Efek )


Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.






2.3.Teori Kognitif


Pembelajaran yang lebih menekankan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik.


2.3.1. Prinsip-Prinsip Teori Kognitif


Teoribelajarkognitifmenjelaskanbelajardenganmemfokuskanpadaperubahan proses mental danstruktur yang terjadisebagaihasildariupayauntukmemahamidunia. teoribelajarkognitif yang digunakanuntukmenjelaskantugas-tugas yang sederhanasepertimengingatnomortelepondankomplekssepertipemecahanmasalah yang tidakjelas.






Teoribelajarkognitifdidasarkanpadaempatprinsipdasar:


1. Pembelajaraktifdalamupayauntukmemahamipengalaman.


2. Pemahamanbahwapelajarmengembangkantergantungpadaapa yang telahmerekaketahui.


3. Belajarmembangunpemahamandaripadacatatan.


4. Belajaradalahperubahandalamstruktur mental seseorang.






2.3.2. Tokoh-Tokoh Teori Kognitif






1. Teori Pembelajaran kognitif menurut Piaget


Menurut Piaget individu berkembang menuju kedewasaan maka ia akan mengalami adaptasi dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan kualitatif dalam struktur kognitifnya. Proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:


• Asimilasi


• Akomodasi


• Equilibrasi


Tahapan – tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget :


1. Tahapan Sensori Motor (0-2th)


Usia 2th pertama anak dapat sedikit memahami lingkungannya dengan cara melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.


2. Tahapan Pra – operasinal (2-7th)


Pada tahap ini telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupn masih sangat sederhana.


3. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)


Dalam tahap ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya memahami lingkungan sekitarnya anak tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datangnya dari pancaindra.


4. Tahapan Operasional Formal (11-15th)


Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan opersai formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan suatu masalah.


2. TeoriBelajarKognitif Bruner


Teori Bruner di kenal free discovery learning, yang menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik jika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk menemukan suatu konsep, teori , aturan atau penambahan melalui contoh – contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.


3 tahapan cara melihat lingkungan:


1. Tahapan Enaktif : dalam memahami dunia disekitarnya anak mengunakan pengetahuan motorik.


2. Tahapan Ikonik: dalam memahami dunia disekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpaan & perbandingan.


3. Tahapan Simbolik: kemampuan dalam berbahasa, logika, matematika sangat mempengaruhi ide-ide abstrak.


3. Teori Belajar Kognitif Ausubel


Dalam teori ini, teori belajar dimaknai sebagai belajar bermakna. Pembelajaran bermakna yaitu suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.




2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran Kognitif


Kelebihan :


• Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah.


• Dapat meningkatkan motivasi.


• Membantu peserta didik untuk memahami bahan belajar dengan lebih mudah.


Kekurangan :


• Keberhasilan pembelajaran didasarkan pada kemampuan peserta didik.


• Pendidik dituntut mengikuti keaktifan peserta didiknya.


Fasilitas harus mendukung




2.4. Teori Humanistik






Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.


Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.


Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.


Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?


Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar


menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.


2.4.1. Prinsip-prinsipTeori Humanistik


Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan siswa, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasi jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri, orang lain tidak begitu penting.


2.4.1. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik


1. Kolb


Pandangan Kolb mengenaibelajar, yang teorinyaterkenaldengan “BelajarEmpatTahapnya” ;


1. Tahap Pengalaman Konkret


2. Tahap Pengamatan aktif dan reflektif


3. Tahap Konseptualisasi


4. Tahap Eksperimentasi aktif






2. Honey dan Mumford


Pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar, menggolong – golongkan orang yang belajar kedalam empat macam atau golongan, yaitu:


1. Kelompok Aktivis


2. Kelompok Reflektor


3. Kelompok Teoris


4. Kelompok Pragmatis






3. Habernas


Pandangan Habernas terhadap teori belajar, Pendapatnyaseringdisebut “tigamacamtipebelajar”, yaitu:


1. Belajar Teknis ( technical learning)


2. Belajar Praktis (practical learning)


3. Belajar Emansipatoris






4. Bloom dan Krathwohl


Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar.


Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutantaksonomi Bloom, sebagai berikut:


1. Domain Kognitif, terdiriatas 6 tingkatan, yaitu:


· Pengetahuan ; mengingat, menghafal


· Pemahaman ; menginterprestasikan


· Aplikasi ; menggunakan konsep untuk memecahkamasalah


· Analisis ; menjabarkan suatu konsep


· Sintesis ; menggabungkan bagian – bagian konsepmenjadi suatu konsep utuh


· Evaluasi ; membandingkan nilai – nilai, ide, metode


2. Domain Psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu :


· Peniruan ; menirukangerak


· Penggunaan ; menggunakan konsep untuk melakukangerak


· Ketepatan ; melakukan gerak dengan benar


· Perangkaian ; melakukan beberapa gerakansekaligus denganbenar


· Naturalisasi ; melakukan gerak secara wajar






3. Domain Afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:


§ Pengenalan ; ingin menerima,sadar akanadanya sesuatu


§ Merespon ; aktif berpartisipasi


§ Penghargaan ; menerima nilai – nilai, setikepada nilai – nilai tertentu


§ Pengorganisasian ; menghubung – hubungkannilai – nilai yang dipercayai


§ Pengalaman ; menjadikan nilai – nilai sebagai bagian dari pola hidupnya
2.5.Teori Konstruktivisme






Teoriinipercayabahwasiswamampumencarisendirimasalah, menyusunsendiripengetahuannyamelaluikemampuanberpikirdantantangan yang dihadapinya ,menyelesaikandanmembuatkonsepmengenaikeseluruhanpengalamanrealistikdanteoridalamsatupengetahuanutuh.




2.5.1. Prinsip-PrinsipTeoriKontruktivisme


1. Pengetahuandibangunolehsiswasendiri


2. Pengetahuantidakdapatdipindahkandari guru kemurid


3. Muridaktifmegkontruksisecaraterusmenerus, sehinggaselaluterjadiperubahankonsepilmiah


4. Guru sekedarmembantumenyediakansaranadansituasi agar proses kontruksiberjalanlancar.






2.5.2. Tokoh-Tokoh Teori Konstruktivisme


1. John Dewey


BahwabelajarbergantungpadapengalamandanminatsiswasendiridantopikdalamKurikulumharussalingterintegrasibukanterpisahatautidakmempunyaikaitansatusama lain. Belajarharusbersifataktif,langsungterlibat, berpusatpadaSiswa (SCL= Student Centered Learning ) dalamkontekspengalamansosial.






2. Jean Piaget


Bahwapengetahuan yang diperolehseoranganakmerupakanhasildarikonstruksipengetahuanawal yang telahdimilikidenganpengetahuan yang barudiperolehnyamelalui 2 carayaitu :


a. Asimilasiyaituintegrasikonsep yang merupakantambahanataupenyempurnaandarikonsepawal yang dimiliki.


b.Akomodasiterbentuknyakonsepbarupadaanakkarenakonsepawaltidaksesuaidenganpengalamanbaru yang diperolehnya


3. Lev Vygotsky


Ada duakonseppentingdalamteoriVygotskyyaitu






a. Zone of Proximal Development (ZPD)


kemampuanpemecahanmasalah di bawahbimbingan orang dewasaataumelaluikerjasamadengantemansejawat yang lebihmampu






b. Scaffolding


pemberiansejumlahbantuankepadasiswaselamatahap-tahapawalpembelajaran, kemudianmengurangibantuandanmemberikankesempatanuntukmengambilalihtanggungjawab yang semakinbesarsetelahiadapatmelakukannya












BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan


Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.


Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :


1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,


2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,


3. Memandu guru untuk mengelola kelas,


4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa




1.2. Saran


Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.




















DAFTAR PUSTAKA






Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.


Saputra.TeoriBelajardanPembelajaran http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htmldiakses pada tanggal 10April2015 pukul 20.00 WIB.


Sudrajat, Akhmadm. TeoriBelajar.http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-m.html 2008. diakses pada tanggal 10April 2015 pukul 19.40 WIB.


http://Rumahbelajarpsikologi.comdiakses pada tanggal 10April 2015 pukul 19.50 WIB.

Read Comments

MENJADI GURU YANG PAHAM AKAN EMOSI PESERTA DIDIK

Nama               : Achda Fitriah
NIM                : 11140163000007
Kelas               : Fisika 2A
Nama Blog      : PHYSICS ZONE
Inilah  Emosi !
http://1.bp.blogspot.com

Emosi Itu..
               Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang berasal lagi dari emouvoir, ‘exicte’ yang berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis emosi berati “bergerak keluar”.


Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak dapat satu pun definisi yang diterima secara universal. Emosi sebagai reaksi penilaian(positif atau negatif) yang kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri sendiri.[1]


2. Pendapat tokoh tentang pengertian emosi
Diungkap Prezz (1999) seorang EQ organizational consultant dan pengajar senior di Potchefstroom University, Afrika Selatan, secara tegas mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.[2]
Hathersall (1985) merumuskan pengertian emosi sebagai suatu psikologis yang merupakan pengalaman subyektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang sedang marah memperlihatkan muka merah, wajah seram, dan postur tubuh menegang, bertingkah laku menendang atau menyerang, serta jantung berdenyut cepat.
Selanjutnya Keleinginna and Keleinginan (1981) berpendapat bahwa emosi seringkali berhubungan dengan tujuan tingkah laku. Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling), misalnya pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan, marah, takut bahagia, sedih dan jijik.
Sedangkan menurut William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.[3]


3. Perasaan dan emosi


Perasaan dan emosi pada dasarnya merupakan dua konsep yang berbeda tetapi tidak bisa dilepaskan. Perasaan selalu saja menyertai dan menjadi bagian dari emosi. Perasaan (feeling) merupakan pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh rangsangan dari eksternal maupun internal (keadaan jasmaniah) yang cenderung lebih bersifat wajar dan sederhana. Demikian pula, emosi sebagai keadaan yang terangsang dari organisme namun sifatnya lebih intens dan mendalam dari perasaan. Menurut Nana Syaodih Sukadinata (2005), perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang, tersembunyi dan tertutup ibarat riak air atau hembusan angin sepoy-sepoy sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih dinamis, bergejolak, dan terbuka, ibarat air yang bergolak atau angin topan, karena menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah yang bisa diamati. Contoh: orang merasa marah atas kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, dalam konteks ini, marah merupakan perasaan yang wajar, tetapi jika perasaan marahnya menjadi intens dalam bentuk angkara murka yang tidak terkendali maka perasaan marah tersebut telah beralih menjadi emosi. Orang merasa sedih karena ditinggal kekasihnya, tetapi jika kesedihannya diekspresikan secara berlebihan, misalnya dengan selalu diratapi dan bermuram durja, maka rasa sedih itu sebagai bentuk emosinya.


Perasaan dan emosi seseorang bersifat subyektif dan temporer yang muncul dari suatu kebiasaan yang diperoleh selama masa perkembangannya melalui pengalaman dari orang-orang dan lingkungannya. Perasaan dan emosi seseorang membentuk suatu garis kontinum yang bergerak dari ujung yang yang paling postif sampai dengan paling negatif, seperti: senang-tidak senang (pleasant-unpleasent), suka-tidak suka (like-dislike), tegang-lega (straining-relaxing), terangsang-tidak terangsang (exciting-subduing).


Karena sifatnya yang dinamis, bisa dipelajari dan lebih mudah diamati, maka para ahli dan peneliti psikologi cenderung lebih tertarik untuk mengkaji tentang emosi daripada unsur-unsur perasaan. Daniel Goleman salah seorang ahli psikologi yang banyak menggeluti tentang emosi yang kemudian melahirkan konsep Kecerdasan Emosi, yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.


4. Unsur-unsur perasaan
Besifat subyektif daripada gejala mengenal
Bersangkut paut dengan gejala mengenal.
Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang yang tingkatannya tidak sama.


Perasaan lebih erat hubungannya denga pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain terhadap hal yang sama.


Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejaja mengenal berfikir dan lain sebagainya.[4]


5. Macam-macam emosi


Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu:


1. Emosi sensoris


Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar


2. Emosi psikis..


Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti : perasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok.


1) Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral)


2) Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian


3) Perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious).[5]


6. Teori-Teori Emosi


1. Teori James-Lange


Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari teori paling awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika William James: “Kita merasa sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut mereka gemetar”.Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. Di usulkan serangkaian kejadian disaat kita emosi : Kita menerima situasi yang akan menghasilkan emosi. Kita bereaksi ke situasi tersebut,Kita memperhatikan reaksi kita. Persepsi kita terhadap reaksi itu adalah dasar untuk emosi yang kita alami. Sehingga pengalaman emosi-emosi yang dirasakan terjadi setelah perubahan tubuh, perubahan tubuh (perubahan internal dalam sistem syaraf otomatis atau gerakan dari tubuh memunculkan pengalaman emosi. Agar teori ini berfungsi, harus ada suatu perbedaan antara perubahan internal dan eksternal tubuh untuk setiap emosi, dan individu harus dapat menerima mereka. Di samping ada bukti perbedaan pola respon tubuh dalam emosi tertentu, khususnya dalam emosi yang lebih halus dan kurang intens, persepsi kita terhadap perubahan internal tidak terlalu teliti.






2. Teori Cannon-Bard


Emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri-sendiri. Di tahun I920-an, teori lain tentang hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang dirasakan diajukan oleh Walter Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi yang dilakukan oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna lain, keduanya dicetuskan secara bergantian. Menurut teori ini, kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia luar; kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipothalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output dalam dua arah: (1) ke organ-organ tubuh dalam dan otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh, (2) ke korteks cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai emosi yang dirasakan. Kebalikan dengan teori James-Lange, teori ini menyatakan bahwa reaksi tubuh dan emosi yang dirasakan berdiri sendiri-sendiri dalam arti reaksi tubuh tidak berdasarkan pada emosi yang dirasakan karena meskipun kita tahu bahwa hipothalamus dan daerah otak di bagian lebih bawah terlibat dalam ekspresi emosi, tetapi kita tetap masih tidak yakin apakah persepsi tentang kegiatan otak lebih bawah ini adalah dasar dari emosi yang dirasakan.


3. Teori Kognitif tentang Emosi


Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962). Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua langkah: 1. Interpretasi stimuli dari lingkungan. Interpretasi pada stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. Contohnya, jika suatu hari kamu menerima kado dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu, maka kamu akan merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut berbahaya. Tetapi akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman karibmu, maka kamu akan dengan senang hati menerima dan membuka kado tersebut tanpa curiga. Jadi dalam teori kognitifpada emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali ke cerebral cortex, dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan lamapau. Lalu pesan tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem saraf otonom yang kemudian akan menghasilkan arousl secara fisiologis. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal saraf otonom Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari arousal otonom. Teori kognitif menyerupai teori James-Lange teori menekankan pentingnya stimuli internal tubuh dalam mengalami emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif dari stimuli, dimana hal tersebut lebih penting dari pada stimuli internal itu sendiri.


7. Kecerdasan emosi


Suatu terobosan teori tentang emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman dalam bukunya The Emotional Intelligence. Golemen melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah berlangsung sejak 1970-1980-an termasuk yang dilakukan oleh Howard Gardener(tentang multiple intelegence), Peter Salovey, dan Jhon Mayer.


Dalam bukunya, Golemen menyatakan tiga hal yang sangat penting sehingga teorinya bisa dianggap sebagai terobosan. Yang pertama, emosi itu bukan bakat, melainkan bisa dibuat dilatih dan dikembangkan, dipertahankan dan yang kurang baik dikurangi atau dibuang sama sekali. Kedua, emosi itu bisa diukur seperti intelegensi. Hasil pengukurannya disebut EQ (emotional Quotient). Dengan demikian, kita tetap dapat memonitor kondisi kecerdasan emosi kita.Ketiga, dan ini yang terpenting, EQ memegang peranan lebih penting daripada IQ. Sudah terbukti banyak rang dengan IQ tinggi, yang di masa lalu dunia psikologi dianggap sebagai jaminan keberhasilan seseorang, justru mengalami kegagalan. Mereka kalah daarai orang-orang dengan IQ rata-rata saja, tetapi memiliki EQ yang tinggi. Menurut Goleman, sumbangan IQ dalam menentukan keberhasilan seseorang hana sekitar 20-30% saj, selebihnya ditentukan oleh EQ yang tinggi.


Adapun orang yang dikatakan mempunyai EQ yang tinggi adalah jika ia memenuhi kriteria berikut, yaitu sebagai berikut:


1. Mampu mengenali emosinya sendiri.


2. Mampu mengendalikan emosinya dengan situasi dan kondisi.


3. Mampu menggunakan emosinya untuk meningktakan motivasinya sendiri(bukan malah membuat diri putus asa atau bersikap negatif pada orang lain).


4. Mampu berinteraksi positif dengan orang lain.[6]


5. 8. Pengaruh Emosi pada belajar


Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar (Meier dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006). Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut Meier, 2002 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006) kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kecerdasan emosi pada siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain.[7]






9. Pertumbuhan emosi


Pertumbuhan dan perkembangan emosi seperti juga pada tingkah laku lainnya ditentukan oleh pematangan dan proses belajar seorang bayi yang baru lahir dapat menangis tetapi ia harus mencapai ringkas kematangan tertentu untuk dapat tertawa setelah anak itu sudah besar maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa digunakan untuk maksud-maksud tertentu atau untuk situasi tertentu.


Makin besar anak itu makin besar pula kemampuannya untuk belajar sehingga perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi melalui proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses belajar.[8]






DAFTAR PUSTAKA










Ahmadi Abu. Psikologi Umum. Rineka Cipta. Jakarta. 2003


Saleh Rahman Abdul dan Wahab Abdul Muhbib. Psikologi Suatu Pengantar (Dalam Prespektif Islam).Kencana. Jakarta.2009


Sarwono W Sarwito, Pengantar Psikologi Umum,PT.Raja Grafindo Persada:Jakarta,2010.






SUMBER INTERNET :


http://www.duniapsikologi.com/emosi/ 13/04/2013 23:00


http://s-idolaku.blogspot.com/2012/04/makalah-emosi.html


http://akhmadsudrajat.wordpress.com 14/042013 13.30


http://wandi.guru-indonesia.net/artikel_detail-22714.html 13/04/2013 23:20












[1] Sarlito W Sarwono, Pengantar Psikologi Umum,PT.Raja Grafindo Persada:Jakarta,2010,


hlm 124-125.


[2] http://www.duniapsikologi.com/emosi/ 13/04/2013 23:00


[3] http://s-idolaku.blogspot.com/2012/04/makalah-emosi.html 13/04/2013 23:15


[4] Drs.H Abu Ahmadi. Psikologi Umum.Rineka Cipta. Jakarta. 2003. hlm 101


[5] akhmadsudrajat.wordpress.com 14/042013 13.30


[6] Sarlito W Sarwono. Ibid., hlm 136-137


[7] http://wandi.guru-indonesia.net/artikel_detail-22714.html 13/04/2013 23:20


[8] Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengantar (Dalam Prespektif Islam).Kencana. Jakarta.2009 hlm 172-173
Read Comments