RSS

Sunday 24 May 2015

TEORI BELAJAR

Nama               : Achda Fitriah
NIM                : 11140163000007
Kelas               : Fisika 2A
Nama Blog      : PHYSICS ZONE


Makalah Teori Belajar

http://www.amaljaya.com
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

           Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.


Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .


Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.


Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.


Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.


Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:


1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;


2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;


3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;


4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;


5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;


6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).


Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.




1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah :


1. Apa pengertianTeori Belajar ?


2. Apa saja Teori Belajar itu?


3. Apa saja Prinsip-Prinsip Teori Belajar?




1.3. Tujuan Pembahasan


Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:


1. Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan


2. Memberi pengetahuan pada pembaca tentang Teori Belajar













BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN TEORI BELAJAR


Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secaraumumdidefinisikansebagaisuatu proses yang menyatukankognitif, emosional, danlingkunganpengaruhdanpengalamanuntukmemperoleh, meningkatkan, ataumembuatperubahan’spengetahuansatu, keterampilan, nilai, danpandangandunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).


Belajarsebagaisuatu proses berfokuspadaapa yang terjadiketikabelajarberlangsung. Penjelasantentangapa yang terjadimerupakan teori-teoribelajar. Teoribelajar adalahupayauntukmenggambarkanbagaimana orang danhewanbelajar, sehinggamembantukitamemahami proses kompleksinheren pembelajaran. (Wikipedia)


Pengertian teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif.


Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa atau memiliki rasa takut.

Di dalam banyak hal belajar adalah proses mencoba dengan kemungkinan untuk keliru dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang harus bisa diperhitungkan dalam menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu diajar secara langsung, kontrol, penghayatan, kontak, pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau peniruan.
Belajar melalui praktik secara langsung akan lebih efektif daripada melakukan hafalan. Pengalaman mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Bahan belajar yang bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang kurang bermakna. Informasi mengenai kelakuan yang baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan belajar akan banyak membantu kelancaran dan semangat belajar siswa. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas sehingga murid yang belajar bisa melakukan dialog dengan dirinya sendiri.








2.2. TEORI BEHAVIORISTIK


Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.


Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).


Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.


Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.


2.2.1. Prinsip-Prinsip Teori Behaviorisme


Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984)


2.2.2. Tokoh-Tokoh Teori Behaviorisme


Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :


a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)


Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.


Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.


Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.


b. Thorndike (1874-1949)


Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.


Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :


1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)


Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.


2. Hukum latihan


Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.


3. Hukum akibat ( Efek )


Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.






2.3.Teori Kognitif


Pembelajaran yang lebih menekankan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik.


2.3.1. Prinsip-Prinsip Teori Kognitif


Teoribelajarkognitifmenjelaskanbelajardenganmemfokuskanpadaperubahan proses mental danstruktur yang terjadisebagaihasildariupayauntukmemahamidunia. teoribelajarkognitif yang digunakanuntukmenjelaskantugas-tugas yang sederhanasepertimengingatnomortelepondankomplekssepertipemecahanmasalah yang tidakjelas.






Teoribelajarkognitifdidasarkanpadaempatprinsipdasar:


1. Pembelajaraktifdalamupayauntukmemahamipengalaman.


2. Pemahamanbahwapelajarmengembangkantergantungpadaapa yang telahmerekaketahui.


3. Belajarmembangunpemahamandaripadacatatan.


4. Belajaradalahperubahandalamstruktur mental seseorang.






2.3.2. Tokoh-Tokoh Teori Kognitif






1. Teori Pembelajaran kognitif menurut Piaget


Menurut Piaget individu berkembang menuju kedewasaan maka ia akan mengalami adaptasi dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan kualitatif dalam struktur kognitifnya. Proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:


• Asimilasi


• Akomodasi


• Equilibrasi


Tahapan – tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget :


1. Tahapan Sensori Motor (0-2th)


Usia 2th pertama anak dapat sedikit memahami lingkungannya dengan cara melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.


2. Tahapan Pra – operasinal (2-7th)


Pada tahap ini telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupn masih sangat sederhana.


3. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)


Dalam tahap ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya memahami lingkungan sekitarnya anak tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datangnya dari pancaindra.


4. Tahapan Operasional Formal (11-15th)


Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan opersai formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan suatu masalah.


2. TeoriBelajarKognitif Bruner


Teori Bruner di kenal free discovery learning, yang menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik jika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk menemukan suatu konsep, teori , aturan atau penambahan melalui contoh – contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.


3 tahapan cara melihat lingkungan:


1. Tahapan Enaktif : dalam memahami dunia disekitarnya anak mengunakan pengetahuan motorik.


2. Tahapan Ikonik: dalam memahami dunia disekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpaan & perbandingan.


3. Tahapan Simbolik: kemampuan dalam berbahasa, logika, matematika sangat mempengaruhi ide-ide abstrak.


3. Teori Belajar Kognitif Ausubel


Dalam teori ini, teori belajar dimaknai sebagai belajar bermakna. Pembelajaran bermakna yaitu suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.




2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran Kognitif


Kelebihan :


• Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah.


• Dapat meningkatkan motivasi.


• Membantu peserta didik untuk memahami bahan belajar dengan lebih mudah.


Kekurangan :


• Keberhasilan pembelajaran didasarkan pada kemampuan peserta didik.


• Pendidik dituntut mengikuti keaktifan peserta didiknya.


Fasilitas harus mendukung




2.4. Teori Humanistik






Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.


Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.


Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.


Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?


Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar


menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.


2.4.1. Prinsip-prinsipTeori Humanistik


Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan siswa, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasi jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri, orang lain tidak begitu penting.


2.4.1. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik


1. Kolb


Pandangan Kolb mengenaibelajar, yang teorinyaterkenaldengan “BelajarEmpatTahapnya” ;


1. Tahap Pengalaman Konkret


2. Tahap Pengamatan aktif dan reflektif


3. Tahap Konseptualisasi


4. Tahap Eksperimentasi aktif






2. Honey dan Mumford


Pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar, menggolong – golongkan orang yang belajar kedalam empat macam atau golongan, yaitu:


1. Kelompok Aktivis


2. Kelompok Reflektor


3. Kelompok Teoris


4. Kelompok Pragmatis






3. Habernas


Pandangan Habernas terhadap teori belajar, Pendapatnyaseringdisebut “tigamacamtipebelajar”, yaitu:


1. Belajar Teknis ( technical learning)


2. Belajar Praktis (practical learning)


3. Belajar Emansipatoris






4. Bloom dan Krathwohl


Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar.


Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutantaksonomi Bloom, sebagai berikut:


1. Domain Kognitif, terdiriatas 6 tingkatan, yaitu:


· Pengetahuan ; mengingat, menghafal


· Pemahaman ; menginterprestasikan


· Aplikasi ; menggunakan konsep untuk memecahkamasalah


· Analisis ; menjabarkan suatu konsep


· Sintesis ; menggabungkan bagian – bagian konsepmenjadi suatu konsep utuh


· Evaluasi ; membandingkan nilai – nilai, ide, metode


2. Domain Psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu :


· Peniruan ; menirukangerak


· Penggunaan ; menggunakan konsep untuk melakukangerak


· Ketepatan ; melakukan gerak dengan benar


· Perangkaian ; melakukan beberapa gerakansekaligus denganbenar


· Naturalisasi ; melakukan gerak secara wajar






3. Domain Afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:


§ Pengenalan ; ingin menerima,sadar akanadanya sesuatu


§ Merespon ; aktif berpartisipasi


§ Penghargaan ; menerima nilai – nilai, setikepada nilai – nilai tertentu


§ Pengorganisasian ; menghubung – hubungkannilai – nilai yang dipercayai


§ Pengalaman ; menjadikan nilai – nilai sebagai bagian dari pola hidupnya
2.5.Teori Konstruktivisme






Teoriinipercayabahwasiswamampumencarisendirimasalah, menyusunsendiripengetahuannyamelaluikemampuanberpikirdantantangan yang dihadapinya ,menyelesaikandanmembuatkonsepmengenaikeseluruhanpengalamanrealistikdanteoridalamsatupengetahuanutuh.




2.5.1. Prinsip-PrinsipTeoriKontruktivisme


1. Pengetahuandibangunolehsiswasendiri


2. Pengetahuantidakdapatdipindahkandari guru kemurid


3. Muridaktifmegkontruksisecaraterusmenerus, sehinggaselaluterjadiperubahankonsepilmiah


4. Guru sekedarmembantumenyediakansaranadansituasi agar proses kontruksiberjalanlancar.






2.5.2. Tokoh-Tokoh Teori Konstruktivisme


1. John Dewey


BahwabelajarbergantungpadapengalamandanminatsiswasendiridantopikdalamKurikulumharussalingterintegrasibukanterpisahatautidakmempunyaikaitansatusama lain. Belajarharusbersifataktif,langsungterlibat, berpusatpadaSiswa (SCL= Student Centered Learning ) dalamkontekspengalamansosial.






2. Jean Piaget


Bahwapengetahuan yang diperolehseoranganakmerupakanhasildarikonstruksipengetahuanawal yang telahdimilikidenganpengetahuan yang barudiperolehnyamelalui 2 carayaitu :


a. Asimilasiyaituintegrasikonsep yang merupakantambahanataupenyempurnaandarikonsepawal yang dimiliki.


b.Akomodasiterbentuknyakonsepbarupadaanakkarenakonsepawaltidaksesuaidenganpengalamanbaru yang diperolehnya


3. Lev Vygotsky


Ada duakonseppentingdalamteoriVygotskyyaitu






a. Zone of Proximal Development (ZPD)


kemampuanpemecahanmasalah di bawahbimbingan orang dewasaataumelaluikerjasamadengantemansejawat yang lebihmampu






b. Scaffolding


pemberiansejumlahbantuankepadasiswaselamatahap-tahapawalpembelajaran, kemudianmengurangibantuandanmemberikankesempatanuntukmengambilalihtanggungjawab yang semakinbesarsetelahiadapatmelakukannya












BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan


Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.


Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :


1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,


2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,


3. Memandu guru untuk mengelola kelas,


4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa




1.2. Saran


Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.




















DAFTAR PUSTAKA






Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.


Saputra.TeoriBelajardanPembelajaran http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htmldiakses pada tanggal 10April2015 pukul 20.00 WIB.


Sudrajat, Akhmadm. TeoriBelajar.http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-m.html 2008. diakses pada tanggal 10April 2015 pukul 19.40 WIB.


http://Rumahbelajarpsikologi.comdiakses pada tanggal 10April 2015 pukul 19.50 WIB.

0 comments:

Post a Comment