RSS

Thursday 23 April 2015

LEBIH DEKAT DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Nama          : Achda Fitriah
NIM            : 11140163000007
Kelas           : Fisika 2A
Nama Blog  : PHYSICS ZONE
https://encrypted-tbn1.gstatic.com
Definisi Psikologi Pendidikan

           Psikologi pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Definisi psikologi pendidikan menurut Witherington, yaitu: Psikologi pendidikan sebagai “A systematic study of process and factors involved in the education of human being.” Yang artinya, studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Mengenai pengertian psikologi pendidikan yang dikemukakan oleh Witherington tersebut, saya berpendapat bahwa studi yang sistematis sangatlah diperlukan dalam membahas tentang studi apapun baik itu psikologi ataupun yang lain, terlebih lagi dalam problema yang timbul dalam dunia pendidikan. Dalam pendidikan diperlukan ilmu psikologi yang akan memberikan kontribusi dengan memecahkan masalah-masalah yang timbul terkait dengan masalah kejiwaan terhadap peserta didik. 






Studi yang sistematis tersebut akan membahas tentang proses-proses dalam dunia pendidikan, bagaimana cara yang pantas agar pembelajaran dapat diterima oleh peserta didik. Studi ini juga juga akan membahas tentang faktor-faktor seputar pendidikan, apa-apa saja yang mempengaruhinya sangatlah penting untuk dibahas. Maka dari itu psikologi pendidikan hadir untuk mencari cara-cara yang tepat dalam hal-hal diatas.






Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan






Pendidikan adalah salah satu praktek dari psikologi. Oleh karena itu, sebenarnya seorang pendidik hendaknya juga seorang yang paham tentang psikologi. Sebab apabila tidak demikian si pendidik itu akan berbuat sesuatu dengan tanpa pedoman atau landasan-landasan teori yang semestinya. Psikologi dapat memberi sumbangan pada pendidikan misalnya bagaimana cara anak belajar, berfikir, mengingat, memperhatikan dan sebagainya (Suryabrata, 2010, hal. 17).






Mempelajari psikologi dalam kehidupan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, tapi juga berguna ketika memahami diri kita sendiri. Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalahpendidik, sangat penting memahami psikologi belajar. kegiatan pembelajaran dalam pendidikansarat dengan muatan psikologis.






Mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan mudah. Sehubungan dengan ini, setiap pendidik selayaknya memahami seluruh proses dan perkembangan manusia, khususnya peserta didik.








Pengetahuan mengenai proses dan perkembangan dan segala aspeknya itu sangat bermanfaat, dan manfaat yang dapat diraih antara lain :










Pendidik dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepadapeserta didik dengan pendekatan yang relefan dengan tingkat perkembangannya
Pendidik dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajarpeserta tertentu
Dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktifitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu
Pendidik dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya
Mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
Memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
Membantu menciptakan suasana edukatif dan efektif
Dapat menyusun program pengajaran yang sesuai dengan masa perkembangan peserta didik
Pendidik dapat dengan mudah memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaranyang tepat untuk digunakan






Edward lee Thordhike

Ada motif pendorong aktivitas
Ada berbagai respon terhadap situasi
Ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah
Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
Belajar menurut teori ini bersifat mekanistis. Bila diberikan S dengan sendirinya atau secara mekanis/otomatis timbul R. latihan-latihan ujian banyak berdasarkan pendirian ini.
Pelajaran bersifat teacher-centered. Yang terutama aktif adalah guru. Dialah yang melatih anak-anak dan yang menentukan apa yang harus diketahui oleh anak-anak.
Anak-anak pasif artinya kurang didorong untuk aktif berfikir, tak turut menentukan bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Teori ini membutuhkan pembentukan meteril, yakni menumpuk pengetahuan, dan karena itu sering menjadi intelektualis. Knowledge is power. Pengetahuan dianggap berkuasa.
Kecerdasan linguistik: laporan tertulis, laporan lisan, puisi, esai, drama.
Kecerdasan logika-matematika: percobaan, tabel statistik, diagram Venn, program komputer.
Kecerdasan spasial: menggambar, sketsa/ diagram, peta pemikiran, rekaman video
Kecerdasan kinestetik-jasmani: acting, drama, tari, peragaan, proyek tiga dimensi.
Kecerdasan musik: lagu, ketukan, senandung, pertunjukan musik, konseptualisasi musik.
Kecerdasan interpersonal: diskusi kelompok, debat, simulasi kelompok, wawancara.
Kecerdasan intrapersonal: mengisi buku harian, buku kliping, proyek independen.
Kecerdasan naturalis: proyek ekologi, penggunaan tanaman atau hewan dalam evaluasi, kerja lapangan, penelitian tentang alam.
Rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan) yang lebih luas,
Sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju,
Keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, dosen, dan teman- teman,
Keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru,
Keinginan untuk mendapat rasa aman apabila menguasai pelajaran,
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari proses belajar.
Tingkat kecerdasan yang lemah
Gangguan emosional, seperti : merasa tidak aman, tercekam rasa takut, cemas, dan gelisah.
Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk, seperti : tidak menyenangi mata pelajaran tertentu, malas belajar, tidak memiliki waktu belajar yang teratur, dan kurang terbiasa membaca buku mata pelajaran. Kedua faktor yang telah dipaparkan merupakan faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.
Guru tidak banyak memberikan ceramah
Guru mengadakan diskusi dalam kelas
Guru memberikan penguatan (reinforcement) pemerolehan bahan yang sudah dipelajari di kelas
Guru menumbuhkan kreativitas dan aktivitas terpadu anatara teori dan praktik dalam suasana informal yang santai dan menyenangkan.
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil
Evaluasi oleh siswa sendiri
Guru memberikan tugas kepada para siswa. Melalui tugas itu, siswa-siswa tidak hanya diharapkan memahami, tetapi juga memperoleh kesadaran antar pribadi yang lebih baik dengan jalan guru membahas nilai-nilai yang terkandung dalam materi. Sehingga siswa tahu bagaimana seharusnya bersikap dalam kehidupan sehari-hari.











Metode Introspeksi Memudahkan Mempelajari Psikologi Pendidikan






Metode Introspeksi Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.






Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya.






Mempelajari Pertumbuhan dan Perkembangan itu Menyenangkan






Anak-anak merupakan individu yang sedang berkembang. Setiap anak usia awal sedang dalam perubahan. Baik dalam perubahan fisik, emosional, maupun mental ke arah yang lebih baik. Perkembangan itu diperoleh anak melalui proses mengalami dalam belajar. Menurut para ahli perkembangan dilihat sebagai suatu proses perubahan yang mengarah kepada kemajuan. Perkembangan menyebabkan tercapainya kemampuan dan sifat-sifat psikis yang baru (Purwanto, 1990, hal. 52).






Sebagai calon pendidik, dimana kita dituntut untuk memahami perilaku dan perubahan-perubahan pada anak, kita juga harus dapat memahami perkembangan – perkembangan yang terjadi pada anak didik. Seperti perkembangan fisik dan motorik, kognitif, persepsi, bahasa, dan perkembangan kemandirian. Sebagai calon guru atau pendidik kita juga harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya. Selain itu kita harus mengerti psikokologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu. Untuk itu kita sebagai seorang guru harus mempunyai teknik untuk mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik.






Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat menyenangkan karena kita akan memperoleh banyak keuntungan yang dapat kita terapkan saat kita sudah benar-benar menjadi seorang guru.






Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan






Teori belajar Edward lee Thordhike.





Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap respons menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan respons lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:






S R S1 R1 dst






Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan (Bukhori, 1979, hal. 25).






Psikologi aliran behaviristik mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Edward lee thorndike dll. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.






Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di dominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949), ia mengemukakan teorinya yang disebut sebagai teori belajar “ Connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut “Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Ia mengatakan, bahwa belajar dengan “Trial and error” itu dmulai dengan adanya beberapa motif yang mendorong keaktivan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan anak dalam belajar dibutuhkan motivasi.






Objek penelitian di hadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu, dalam hal ini objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulasinya.






Ciri-ciri belajar dengan trial and error :


Teori belajar koneksionisme ini memiliki kekurangan yaitu:



Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike telah memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan, menurutnya bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.






Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemempuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.






Mengenai Intelegensi




Intelegensi merupakan aplikasi dari kemampuan kognitif, untuk memecahkan masalah, beradaptasi pada lingkungan, belajar dari pengalaman hidup sehari-hari, berpikir terarah, bertindak rasional dan menghadapi lingkungan.






Intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat dan sebagainya juga mempengaruhi intelegensi seseorang). Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui “kelakuan intelegensinya”. Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemapuan yang dibawa sejak lahir saja, yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan. Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu (Syah, 2010, hal.33).






Berdasarkan pengamatan terhadap diri sendiri, penulis memiliki berbagai macam intelligensi. Intelligensi yan penulis miliki dapat dikembangkan dengan hal-hal berikut ini:






Definisi Motivasi dan Pengaruh Motivasi






Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Maslow, 1984, hal. 27).






Dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.






Di dalam Al-Qur’an dijumpai pula banyak ayat yang memotivasi manusia untuk belajar, berusaha memahami apa yang belum dipahami dengan, misalnya, bertanya kepada ahlinya. Bahkan pada ayat 9 Surah Al-Zumar, Allah memberi penyadaran kepada manusia bahwa orang yang berilmu pengetahuan dengan yang tidak berilmu pengetahuan pasti berbeda.






أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ






(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.





Terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dalam belajar di jurusan pendidikan fisika, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Diuraikan sebagai berikut :






a) Faktor Internal (yang berasal dari diri siswa sendiri)






1) Faktor Fisik


Faktor fisik yang dimaksud meliputi : nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi- fungsi fisik (terutama panca indera). Kekurangan gizi atau kadar makanan akan mengakibatkan kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah, dan sebagainya. Kondisi fisik yang seperti itu sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Dengan kekurangan gizi menyebabkan menurunnya kemampuan belajar, berfikir atau berkonsentrasi. Keadaan fungsi- fungsi jasmani seperti panca indera (mata dan telinga) dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi proses belajar. Panca indera yang baik akan mempermudah mahasiswa dalam mengikuti proses belajar di perkuliahan.






2) Faktor Psikologis


Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas belajar. Faktor yang mendorong aktivitas belajar adalah sebagai berikut :



Sedangkan faktor psikis yang menghambat adalah sebgai berikut :



b) Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)






1) Faktor Non-Sosial


Faktor non-sosial yang dimaksud, seperti : keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar. Ketika semua faktor dapat saling mendukung maka proses belajar akan berjalan dengan baik.






2) Faktor Sosial


Faktor sosial adalah faktor manusia (dosen, konselor, dan orang tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar akan berlangsung dengan baik, apabila dosen mengajar dengan cara yang menyenangkan, seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua mahasiswa, serta selalu membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat dirumah mahasiswa tetap mendapat perhatian dari orang tua, baik perhatian material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna membantu dan mempermudah anak-anaknya belajar di rumah.






Motivasi belajar memiliki peranan yang penting dalam mendorong kesuksesan belajar. Pendidik dan konselor perlu melakukan upaya untuk mendorong semangat peserta didik dalam belajar. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Tidak semua peserta didik memiliki motivasi belajar tinggi.






Teori Belajar yang Paling Baik





Teori belajar yang paling baik dan yang paling saya sukai adalah teori belajar kontemporer. Karena, teori belajar ini paling luas aplikasinya dan menekankan pada pembelajaran yang aktif, artinya: pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa mengkonstruksi pengetahuan (student-centered learning) dan pengajar aktif sebagai fasilitator. Siswa ditantang untuk membangun sendiri pemahaman atas fakta, konsep, hokum, dan teori, serta berbagi bentuk hubungan diantara unsure-unsur ilmu pengetahuan ini. Proses belajar dimulai pada saat siswa menerima dan menyeleksi rangsangan yang masuk ke dalam struktur kognitifnya, dilanjutkan dengan pembentukan makna. Selanjutnya, makna atau pemahaman yang sudah terbentuk akan diuji/divalidasi dengan menggunakan memori jangka pendek dn jangka panjang yang juga sudahj ada di dalam struktur kognitif siswea, untuk diasumsikan atau diintergrasikan ke dalam struktur kognitif tersebut. Dengan demikian, struktur kognitif siswa menjadi lebih kaya, kompleks, dan lengkap. Struktur kognitif yang lebih kaya, kompleks, dan lengkap ini memungkinkan siswa untuk menjalani tugas-tugas belajar yang lebih tinggi derajatnya. Guru sebagi fasilitator artinya : guru menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada siswa/peserta didik bila diperlukan. Terutama, bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan siswa sendiri.






Teori belajar Kontemporer (konstruktivistik) paling luas aplikasinya karena konstruktivisme mampu menjawab dua tantangan dalam pembelajaran pada masa kini. Tantangan yang pertama, datang dari adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua datang dari adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan yang luar biasa. Konstruktivisme menjawab tantangan yang pertama dengan meredefinisi belajar sebagai proses konstruktif dimana informasi diubah menjadi pengetahuan melalui proses interpretasi, korespondensi, representasi, dan elaborasi. Sementara itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat yang menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan baru dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi self-guided dan dari knowledge-as-possesion menjadi knowledge-as-construction. Lebih dari itu, teknologi ini ternyata turut pula memainkan peran penting dalam memperbaharui konsepsi pembelajaran yang semula fokus pada pembelajaran sebagai semata-mata suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu melakukan eksplorasi sosial budaya yang kaya akan pengetahuan.






Konstruktivisme dan teknologi komputer, secara terpisah maupun bersama-sama telah menawarkan peluang-peluang baru dalam proses pembelajaran, baik di ruang kelas, belajar jarak jauh maupun belajar mandiri. Bentuk pembelajaran “student-centered learning” yang lain adalah belajar aktif, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning, dan problem-based learning. Sedangkan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme yang cukup terkenal sekarang ialah pembelajaran kontekstual dan kuantum.






Ciri Khas Guru Dalam Aliran Behaviorisme dan Humanisme





Ciri-ciri guru yang menganut aliran Behaviorisme adalah :

Ciri-ciri guru yang menganut aliran Humanisme adalah :










Referensi :






Bukhori. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.






Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: PT. Gramedia.






Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.






Suryabrata, sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.






Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.






http://www.indonesiapsikologi.blogspot.com/2 [Diakses pada pukul 17:06, Senin 20 April 2015]






http://www.psychologymania.com/2011/09 [Diakses pada pukul 17:35, Senin 20 April 2015]









Akhmad sholihin.visiuniversal.blogspot.com/2014/03/pengertian-belajar-dan-macam-macam.html. [Diakses pada pukul 17:47, Senin 20 April 2015]

0 comments:

Post a Comment