RSS

Sunday, 24 May 2015

MENGENALI KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

Nama               : Achda Fitriah
NIM                : 11140163000007
Kelas               : Fisika 2A
Nama Blog      : PHYSICS ZONE

Apa Sih Konsep Diri Itu? 

Pengertian Konsep diri

          Baron dan Byrne mengatakan konsep diri merupakan sekumpulan fungsi yang kompleks yang berbeda yang dipegang oleh seseorang tentang dirinya[1]. MenurutWilliam D. Broks mendefinisikan konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang kita, yang bersifat psikologi, sosial, dan fisis[2]. Menurut Sulaeman, konsep diri adalah kesluruhan ide-ide dan sikap-sikap seseorang sebagai apa dan siapa dia[3]. Suryabrata menyatakan konsep diri mempunyai empat aspek, yaitu bagaimana orang mengamati dirinya sendiri, bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri, bagaimana orang menilai dirinya sendiri, bagaimana berusaha dengan berbagai cara untuk menyampaikan dan mempertahankan diri[4]. Calhoun dan Acocela (1990) menyatakan konsep diri adalah gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuannya tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri[5]. Konsep diri di dalam Islam, Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taghabun ayat 16 yang artinya : 


“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”


Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengertian konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritualterhadap masyarakat, lingkungan maupun terhadap Tuhan Yang Maha Esa.




2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


Kerangka Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembanganSignificant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat ) dan Self Perception(persepsi diri sendiri)[6].


a. Teori Perkembangan


Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.


b. Significant Other (Orang Terpenting atau Terdekat)


Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.


c. Self Perception (Persepsi Diri Sendiri)


Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan Sundeen penilaian tentang konsep diri dapat dilihat berdasarkan rentang-rentang respon konsep diri, yaitu





d. Aktualisasi Diri


Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.


e. Konsep Diri Positif


Konsep diri positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.


f. Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan respon konsep diri maladaptif.


g. Kerancuan Identitas


Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.


h. Depersonalisasi


Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
B. Pembagian Konsep Diri
Untuk Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri tersebutdikemukakan oleh Stuart dan Sundeen (1991), yang terdiri dari[7] :


1. Pola Gambaran Diri (Body Image)


Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen, 1991)[8]. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992)[9]. Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, konsisten dan realistis terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Menurut Potter dan Perry (2005), Body imageberkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu atau pun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi[10].


2. Ideal Diri


Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkancita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbanganmental. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab[11]. Menurut Anna Keliat (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri, yaitu[12] :


a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.


b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.


c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.


d. Kebutuhan yang realistis.


e. Keinginan untuk menghidari kegagalan.


f. Perasaan cemas dan rendah diri.


Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi darikemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.


3. Harga Diri


Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negatif, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya[13]. Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk, resiko terjadi depresi, dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.


4. Identitas


Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang.Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan seterusnya berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja[14]. Pada masa anak- anak , untuk membentuk identitas dirinya, anak harus mampu membawa semua perilaku yang di pelajari kedalam keutuhan yang koheren , konsisten dan unik. Rasa identitas ini secara kontiniu timbul dan di pengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Pada masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif dan social. Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mendefinisikan tentang diri maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi bukan terbelah.


5. Peran (Role Performance)


Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu[15]. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan[16].
C. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif


Menurut Calhoun dan Acocela (1990),[17] dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.


1. Konsep Diri Positif


Konsep diri positif kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri.Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi.Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya.


Individu dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain.


Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betulsiapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif dan mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.


Seseorang yang memiliki konsep diri positif memiliki karakterikstik seperti berikut:


a. Merasa sanggup menyelesaikan masalah yang terjadi. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif dalam menyelesaikan masalah-masalah obyektif yang dihadapi.


b. Merasa sepadan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki konsep diri positif memiliki pemikiran bahwa saat dilahirkan manusia tidak membawa kekayaan dan pengetahuan. Kekayakan dan pengetahuan bisa dimiliki dari bekerja dan proses belajar selama hidup. Hal inilah yang mendasari sikap seseorang yang tidak merasa kurang ataupun lebih dari orang lain.


c. Tidak malu saat dipuji. Konsep diri positif membangun pribadi yang memiliki pemahaman bahwa pujian atau penghargaan layak diterima seseorang berdasarkan hasil yang telah dicapainya.


d. Merasa mampu memperbaiki diri. Dengan memiliki konsep diri positif seseorang akan merasa mampu untuk memperbaiki sikap yang dirasa kurang.


Dalam al-qur’an Allah berfirman mengenai konsep diri positif yaitu dalam sura ali imron ayat 139 dan fusshilat ayat 30.






وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ





”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 139)





إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ





Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Fusshilat: 30).














2. Konsep Diri Negatif


Calhoun dan Acocela membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu : Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kelebihan dan kelemahannya atau cara hidup yang tepat. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari 2 tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil. Seseorang dengan konsep diri negatif akan menunjukkan karakteristik seperti berikut ini:


a. Sensitif terhadap kritik. Pemilik konsep diri negatif biasanya kurang bisa menerima kritik dari orang lain sebagai upaya refleksi diri.


b. Senang dengan pujian. Sikap berlebihan terhadap tindakan yang dilakukan sehingga merasa perlu mendapat penghargaan terhadap segala tindakannya.


c. Merasa tidak disukai orang lain. Selalu muncul anggapan bahwa orang lain disekitarnya akan memandang negatif terhadap dirinya.


d. Suka mengkritik orang lain. Meski tidak suka dikritik namun pribadi ini senang sekali menghujani kritikan negatif kepada orang lain.


e. Bermasalah dengan lingkungan sosialnya. Pribadi yang memiliki konsep diri negatif merasa kurang mampu berinteraksi dengan orang lain.
D. Mengembangkan Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masapertumbuhan seseorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungandan pengalaman orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikanterhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap orang tua dan lingkungan akanmenjadi bahan informasi bagi anak untuk tumbuh menilai siapadirinya.Lingkungan yang kurang mendukung akan membentuk konsep diri yangnegatif. Jika lingkungan dan orang tua mendukung dan memberikan sifatbaik akan membentuk konsep diri siswa yang positif.


Menurut Charles Horton Cooleykonsep diri dapat dimunculkan dengan melakukanpembayangan diri sendiri sebagai orang lain, yang disebutnya sebagailooking-glass self (diri-cermin) seakan-akan kita menaruh cermindihadapan kita sendiri. Prosesnya dimulai dengan membayangkanbagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kitaseperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita menarik atau tidakmenarik. Proses kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilaipenampilan kita. Apakah orang lain menjadi kita menarik, cerdas atautidak menarik. Proses ketiga, kita kemudian mengalami perasaan banggaatau kecewa atas percampuran penilaian diri kita sendiri dan penilaianorang lain. Jika penilaian kita terhadap diri sendiri positif, dan orang lainpun menilai kita positif, maka kita kemudian mengembangkan konsep diriyang positif. Begitu sebaliknya, penilaian orang lain terhadap diri kitanegatif, dan kita pun menilai diri kita negatif, maka kemudian kitamengembangkan konsep diri yang negatif.


Menurut Verderber, upaya mengembangkan perkembangan konsip diri indovidu dapat dilakukan dengan cara:


a. Self-appraisal


Istilah ini menunjukkan suatu pandangan yang menjadikan diri sendirisebagai objek dalam komunikasi atau dengan kata lain adanya kesankita terhadap diri kita sendiri.






b. Reaction and Response of Others


Konsep diri itu tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri sendiri, namun berkembang dalam rangka interaksi kita denganmasyarakat. Dengan demikian apa yang ada pada diri kita dievaluasioleh orang lain melalui interaksi kita dengan orang tersebut, dan padagilirannya evaluasi masing-masing individu mempengaruhiperkembangan konsep diri kita.


c. Roles You Play-Role Taking


Peran memiliki pengaruh terhadap konsep diri, adanya aspek peranyang kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diriindividu. Peran yang individu mainkan itu adalah hasil dari sistem nilaiindividu. Individu dapat memotret diri sebagai individu yang bermainsesuai persepsi yang didasarkan pada pengalaman diri sendiri, yang didalamnya terdapat unsur selektivitas dari keinginan individu untukmemainkan peran.


d. Reference Groups


Konsep diri individu juga terbentuk dari adanya kelompok yangbercirikan individu itu terkumpul dalam suatu kelompok ataukomunitas yang diiinginkan. Setiap kelompok tersebut mempunyaiikatan enosional yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadappembentukan konsep diri individu. Dalam kelompok tersebut individuakan mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya sesuaidengan ciri-ciri dan karakteristik kelompoknya itu. Artinya jika kelompok ini kita anggap penting dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri. Jadi cara kita menilai diri kita merupakan bagian darifungsi kita dievaluasi oleh kelompok rujukan.


e. Berpikir positif


Segala sesuatu tergantung pada cara kita memandang segala sesuatubaik terhadap persoalan maupun terhadap seseorang, artinyakendalikan pikiran jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.


f. Jangan memusuhi diri sendiri


Sikap menyalahkan diri sendiri yang berlebihan merupakan pertandabahwa ada permusuhan dengan kenyataan diri akan menimbulkan konsep diri yang negatif.










http://togaptartius.com/




E. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi


1. Pengertian Prestasi


Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Webster’s New International Dictionarymengungkapkan bahwa prestasi adalah : “Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a sudy”.[18]Prestasi adalah tes standaruntuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang dalam satu atau lebih garis-garis pekerjaan atau belajar. Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.


Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara intrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi). Prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai. Siswa harus memiliki prestasi belajar yang baik demi terciptanya manusia yang berkualitas dan berprestasi tinggi. Prestasi belajar merupakan tolak ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan proses belajar selama waktu yang ditentukan. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal).


2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang dikhusukan ke konsep diri, adalah adanya konsep diri yang tinggi.Konsep diri yang tinggi akan memudahkan siswa belajar secara teratur dan terarah. Sedangkan konsep diri rendah akan menjadikan seseorang memiliki perasaan tidak mampu memahami diri sendiri, rendah diri, sehinggasiswa tersebut menjadi minder bergaul danmengurangi interaksi di sekolah. Selain itu konsep diri yang tinggi menjadikan seeorang menjadi percaya diri atas apa yang dimilikinya sehingga menjadikan seseorang agar selalu berpikir positif terhadap dirinya sendiri.


3. Hubungan Konsep Diri terhadap Prestasi Belajar


Konsep diri menjadikan seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu sehingga konsep diri sangat dibutuhkan dalam membentuk kepribadian seseorang.Prestasi belajar dapat ditentukan oleh berbagai aspek salah satunya adalah konsep diri. Ketika seorang individu mempunyai konsep diri yang baik sehingga dapat melahirkan suatu pola berpikir yang positif, maka hal itu akan memudahkan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang terarah. Hubungan konsep diri dengan prestasi diantaranya:


a. Meningkatkan Motivasi


Motivasi yang tumbuh dari dalam diri seseorang (internal) maupun dari luar diri seseorang (eksternal) dapat mempengaruhi konsep diri yang akan dibentuk dan dibangun sehingga hal itu menjadi salah satu pemicu pembentukan kepribadian. Jika seseorang mempunyai konsep diri yang positif, maka hal itu dapat meningkatakan motivasi seseorang dan mendorongnya untuk melakukan suatu dalam meningkatkan prestasi belajar.


b. Meningkatkan rasa percaya diri


Ketika seseorang sudah memiliki konsep diri yang positif, maka akan melahirkan rasa percaya diri di dalam diriya. Sehingga memudahkan seseorang untuk berinteraksi dan melakukan berbagai macam kegiatan yang dapat menunjang prestasi belajar seseorang.


c. Menjadikan seseorang memahami dirinya, baik kelebihan dan kekurangannya


Konsep diri yang positif menjadikan seseorang lebih memahami siapa dirinya, kemampuannya dan kekurangannya. Jika seseorang telah mengetahui kelebihan dan kekuranagnnya, maka ia akan mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu seperti hal nya prestasi belajar.


d. Menjadikan seseorang untuk berpikir positif


Pikiran positif yang ada pada diri seseorang berasal dari pengkonsepan seseorang mengenai dirinya sendiri.Hal itu terbentuk dari faktor internal maupun eksternal. Ketika seseorang dapat berpikir positif mengenai berbagai hal termasuk mengenal diri sendiri maka itu akan memudahkannya untuk mencapai prestasi belajar yang baik.


e. Memudahkan seseorang dalam belajar


Konsep diri yang positif akan melahirkan berbagai hal yang positif seperti berpikir positif, motivasi, pemahaman terhadap diri sendiri, meningkatkan rasa percaya diri, dan lain sebagainya. Dengan adanya pengkonsepan diri yang positif, maka akan memudahkan seseorang dalam mencapai tujuannya. Memudahkan seseorang dalam proes belajar, sehingga dapat menunjang prestasi belajar yang baik.







[1]Avin Fadilla Helmi, Gaya Kelekatan dan Konsep Diri, Jurnal Psikologi 1999 UGM hal. 9.


[2]Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Penerbit Rosda Karya, hal. 99-100.


[3]Rina Oktaviana, Hubungan Antara Penerimaan Diri terhadap Cara-Cara Perkembangan Sekunder dengan Konsep Diri pada Remaja Puteri SLTPN 10 Yogyakarta hal.3-4.


[4]Ibid hal.4.


[5]Lita H Wulandari & Pasti Rola, Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Remaja Penghuni Panti Asuhan, Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2 hal. 81-82.


[6]Nina Mutmainah, Psikologi Komunikasi, Universitas Terbuka, 1999 hal. 101.


[7]Salbiah, Konsep Diri, Program Studi Ilmu Keperawatan, 2006, USU Repository.


[8]Ibid hal. 6.


[9]Ibid hal. 6.


[10]Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta.


[11]Stuart & Sundeen, 2005, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta.


[12]Anna Keliat, 2005, Proses Keperawatan Kesehatan, Jiwa Edisi 2, Jakarta.


[13]Anna Keliat, 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2, Jakarta.


[14]Stuart & Sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta.


[15]Ibid.


[16]Anna Keliat, 1995, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi I, Jakarta.


[17]Lita H Wulandari & Pasti Rola, 2004, Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Remaja Penghuni Panti Asuhan, Jurnal Pemberdayaan Komunitas Volume 3, Nomor 2, hal. 83.


[18]Haji Djaali.(2012). Psikologi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Read Comments

PENGARUH KREATIVITAS PADA PENDIDIKAN

Nama               : Achda Fitriah
NIM                : 11140163000007
Kelas               : Fisika 2A
Nama Blog      : PHYSICS ZONE

Sekilas Tentang Kreativitas 
http://ruangpsikologi.com/
             Kreativitas siswa masih merupakan potensi yang masih harus dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan informal. Menurut ahli tersebut, di Indonesia sudah tampak adanya perhatian terhadap masalah itu, tetapi tampaknya belum cukup memadai. Demikian pula pelaksanaannya di sekolah-sekolah masih sangat memprihatinkan. Selama ini masih cukup banyak ditemui hambatan dan kelemahan yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan kreativitas para siswa, misal: kurangnya pengetahuan dan latihan para guru tentang kreativitas, sistem evaluasi yang terlalu menekankan pada jawaban benar dan tidak benar tanpa memperhatikan prosesnya. Selain itu terkadang orang tua pun dapat menghambat anaknya dalam pengembangan kreativitas. Tujuan yang lebih penting ialah pembentukan sifat kreatifnya. Dalam hal ini para siswa perlu dirangsang dan dipupuk minat dan sikapnya untuk mau melibatkan diri dalam proses kreatif.






B. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:


1. Apa yang dimaksud dengan kreativitas?


2. Bagaiamana perkembangan kreativitas ?


3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas?


4. Bagaimana upaya mengembangkan kreativitas dan implikasinya dalam pendidikan?






C. Tujuan


Dengan adanya rumusan masalah diatas saya dapat membuat suatu tujuan masalah:


1. Untuk mengetahui pengertian kreativitas


2. Untuk mengetahui proses perkembangan kreativitas


3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas


4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kreativitas dan implikasinya dalam pendidikan.






D. Manfaat


1. Dapat mengetahui pengertian kreativitas


2. Dapat mengetahui proses perkembangan kreativitas


3. Dapat mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi kreativitas


4. Dapat mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kreativitas dan implikasinya dalam pendidikan


















































































BAB II


PEMBAHASAN






A. Pengertian Kreativitas


Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan suatu hal baru,cara-cara baru, model baru, yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hal-hal baru itu tidak selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya bisa saja telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif. Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia. Kreativitas banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti intelegensi bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh faktor-faktor afektif dan psikomotor.


Menurut David Campbell, Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada sebelumnya, menarik, aneh dan berguna bagi masyarakat.


Pengertian Kreativitas menurut para ahli lainnya :


1. Barron (1982 : 253)


Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.


2. Guilford (1970 : 236)


Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.


3. Utami Munandar (1992 : 41)


Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.






4. Rogers (1992 : 48)


Kreativitas adalah proses munculnya hasil-hasil baru dalam suatu tindakan.


5. Drevdahl (Hurlock; 1978 : 3)


Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.


6. Torannce


Kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.


Selain itu, pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan—berdasarkan data atau informasi yang tersedia—menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepetgunaan, dan keragaman jawaban. Jadi, secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.”






Ayat al-qur’an yang menerangkan tentang perintah tentang kreativitas secara tersirat terdapat dalam Surah Al Baqarah ayat 219. Allah berfirman :





كَذَلِكَ يُبيِّنُ اللّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ


Artinya : “Demikianlah, Alah menerangkan kepadamu ayat-ayat –Nya, agar kamu berpikir” (QS. Al Baqarah [2]: 219)






Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Islam pun dalam hal kekreativitasan memberikan kelapangan pada umatnya untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup di dalamnya. Bahkan, tidak hanya cukup sampai di sini, dalam al Qur’an sendiri pun tercatat lebih dari 640 ayat yang mendorong pembacanya untuk berpikir kreatif.





Dalam agama Islam dikatakan bahwa Tuhan hanya akan mengubah nasib manusia jika manusia mau melakukan usaha untuk memperbaikinya. Allah berfirman:






إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ






Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka sendiri mengubah dirinya.” (QS. Ar Ra’du [13]: 11)






Islam sebagai sebuah keyakinan yang bersumber dari al Qur’an dan al Hadits dianggap oleh beberapa kalangan sebagai agama yang tradisional, terbelakang, dan kaku. Pendapat ini dikemukakan oleh kalangan pemikir barat yang tidak mengetahui perkembangan sejarah Islam. Jika kita melihat pada masa silam, Islam banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar yang tidak hanya sekedar memiliki inteligensi tinggi, tapi juga memiliki kreativitas yang tinggi. Sebut saja Ibnu Sina, Salman al Farisi, dan para sahabat lain yang menggunakan pemikiran kreatifnya dalam mengembangkan pengetahuan di bidang mereka masing-masing.






B. Perkembangan Kreativitas


1. Tahap sensorik – motorik ( 0 – 2 tahun)


Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa tindakan-tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap objek masih belum permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan reflek-reflek, belum memiliki konsep tentang diri, ruang dan belum memiliki kemampuan berbahasa.


2. Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)


Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka waktu yang pendek.


3. Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)


Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah:


a.) Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental


b.) Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana


c.) Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas-identitas diri


d.) Konsep tentang ruang sudah semakin meluas


e.) Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang


f.) Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan objek-objek konkrit.


4. Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)


Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas ini, yakni :


a.) Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proposional berdasarkan pemikiran logis


b.)Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis


c.) Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relative


d.) Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relative


e.) Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks


f.) Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berpikir hipotesis


g.) Remaja sudah memiliki diri ideal


h.) Remaja sudah menguasai bahasa abstrak






C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas


Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Rogers adalah :


1. Faktor internal individu


Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :


a) Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dari dlam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalamn hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defenser, tanpa kekakuan terhadap pengalamn-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.


b) Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.


c) Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.


2. Faktor eksternal (lingkungan)


Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberikan kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat.


Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Hurlock (1993) adalah:


a.) Jenis kelamin


Tingkat kreatifitas laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan di dorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukan inisiatif dan orisinilitas.


b.) Status sosioekonomi


Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari pada anak kelompok yang sosioekonomi rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.


c.) Urutan kelahiran


Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang lebih tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut dari pada anak pencipta.


d.) Ukuran keluarga


Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif dari pada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosio ekonomi kurang menguntungkan mungki lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.


e.) Lingkungan


Anak yang tinggal di lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak yang tinggal di lingkungan desa. Dikarenakan fasilitas yang ada di kota lebih memadai atau menunjang daripada di desa.


f.) Intelegensi


Setiap Anak yang lebih pandai menunjukan kreativitas yang lebih besar dari pada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konlik tersebut.






D. Upaya Mengembangkan Kreativitas dan Implikasinya Dalam Pendidikan


Implikasi dari perkembangan kreativitas anak terhadap pembelajaran di sekolah dasar adalah terletak pada perlunya pengembangan KBM sehingga mampu mengembangkan potensi kreativitas anak. Ketika siswa masih berada pada level yang bawah, seharusnya mulai mengkondisikan dirinya untuk meningkatkan kemampuan kreatifnya tanpa harus menunda-nundanya. Oleh karenanya guru dituntut bertanggung jawab untuk menjadi fasilitator dan pembimbing dalam mengajar dan memanaj kelas.


Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan relasi bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki karakteristik sebagai berikut :


1. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak


2. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan


3. Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.


4. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak.


5. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.


Dedi Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut :


1. Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya


2. Mengakui dan menhargai gagasan-gagasan anak


3. Menjadi pendorong bagi anak untuk mengkombinasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya.


4. Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan malah menghukumnya


5. Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya


6. Memberikan informasi-informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia.


































































































BAB III


PENUTUP






A. Simpulan


Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan suatu hal baru,cara-cara baru, model baru, yang berguna bagi dirinya dan masyarakat.


2. Perkembangan kreativitas sebagai berikut:


a. Tahap sensorik – motorik ( 0 – 2 tahun)


b. Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)


c. Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)


d. Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut:


a. Faktor Internal Individu (Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dari dlam individu, Evaluasi internal, Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi)


b. Faktor Eksternal (Lingkungan)


4. Upaya mengembangkan kreativitas dan implikasinya dalam pendidikan adalah sebagai berikut:


a.) Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak


b.) Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan


c.) Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.


d.) Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak.


e.) Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.






B. Saran


Berdasarkan apa yang telah dibahas di atas, makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi teori, penulisan, dan aspek-aspek lain. Untuk itu, penulis mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk kritik dan sarannya.










DAFTAR PUSTAKA


Munandar, Utami. 1992. Mengambangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.


Semiawan, Conny R. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


https://psikologikreativitasumpwordpress.com/2011/12/16/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/[diakses pada Jumat, 08 Mei 2015 pukul 10:45]


haris-berbagi.blogspot.com/2010/11/kreativitas-dalam-perspektif-islam.html?m=[diakses pada Jumat, 08 Mei 2015 pukul 11:03]


http://www.psychologymania.com/2011/07/kreativitas-identifikasi-perkembangan.html [diakses pada Jumat, 08 Mei 2015 pukul 11:16]

































Read Comments

Thursday, 23 April 2015

LEBIH DEKAT DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Nama          : Achda Fitriah
NIM            : 11140163000007
Kelas           : Fisika 2A
Nama Blog  : PHYSICS ZONE
https://encrypted-tbn1.gstatic.com
Definisi Psikologi Pendidikan

           Psikologi pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Definisi psikologi pendidikan menurut Witherington, yaitu: Psikologi pendidikan sebagai “A systematic study of process and factors involved in the education of human being.” Yang artinya, studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Mengenai pengertian psikologi pendidikan yang dikemukakan oleh Witherington tersebut, saya berpendapat bahwa studi yang sistematis sangatlah diperlukan dalam membahas tentang studi apapun baik itu psikologi ataupun yang lain, terlebih lagi dalam problema yang timbul dalam dunia pendidikan. Dalam pendidikan diperlukan ilmu psikologi yang akan memberikan kontribusi dengan memecahkan masalah-masalah yang timbul terkait dengan masalah kejiwaan terhadap peserta didik. 






Studi yang sistematis tersebut akan membahas tentang proses-proses dalam dunia pendidikan, bagaimana cara yang pantas agar pembelajaran dapat diterima oleh peserta didik. Studi ini juga juga akan membahas tentang faktor-faktor seputar pendidikan, apa-apa saja yang mempengaruhinya sangatlah penting untuk dibahas. Maka dari itu psikologi pendidikan hadir untuk mencari cara-cara yang tepat dalam hal-hal diatas.






Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan






Pendidikan adalah salah satu praktek dari psikologi. Oleh karena itu, sebenarnya seorang pendidik hendaknya juga seorang yang paham tentang psikologi. Sebab apabila tidak demikian si pendidik itu akan berbuat sesuatu dengan tanpa pedoman atau landasan-landasan teori yang semestinya. Psikologi dapat memberi sumbangan pada pendidikan misalnya bagaimana cara anak belajar, berfikir, mengingat, memperhatikan dan sebagainya (Suryabrata, 2010, hal. 17).






Mempelajari psikologi dalam kehidupan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, tapi juga berguna ketika memahami diri kita sendiri. Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalahpendidik, sangat penting memahami psikologi belajar. kegiatan pembelajaran dalam pendidikansarat dengan muatan psikologis.






Mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan mudah. Sehubungan dengan ini, setiap pendidik selayaknya memahami seluruh proses dan perkembangan manusia, khususnya peserta didik.








Pengetahuan mengenai proses dan perkembangan dan segala aspeknya itu sangat bermanfaat, dan manfaat yang dapat diraih antara lain :










Pendidik dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepadapeserta didik dengan pendekatan yang relefan dengan tingkat perkembangannya
Pendidik dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajarpeserta tertentu
Dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktifitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu
Pendidik dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya
Mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
Memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
Membantu menciptakan suasana edukatif dan efektif
Dapat menyusun program pengajaran yang sesuai dengan masa perkembangan peserta didik
Pendidik dapat dengan mudah memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaranyang tepat untuk digunakan






Edward lee Thordhike

Ada motif pendorong aktivitas
Ada berbagai respon terhadap situasi
Ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah
Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
Belajar menurut teori ini bersifat mekanistis. Bila diberikan S dengan sendirinya atau secara mekanis/otomatis timbul R. latihan-latihan ujian banyak berdasarkan pendirian ini.
Pelajaran bersifat teacher-centered. Yang terutama aktif adalah guru. Dialah yang melatih anak-anak dan yang menentukan apa yang harus diketahui oleh anak-anak.
Anak-anak pasif artinya kurang didorong untuk aktif berfikir, tak turut menentukan bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Teori ini membutuhkan pembentukan meteril, yakni menumpuk pengetahuan, dan karena itu sering menjadi intelektualis. Knowledge is power. Pengetahuan dianggap berkuasa.
Kecerdasan linguistik: laporan tertulis, laporan lisan, puisi, esai, drama.
Kecerdasan logika-matematika: percobaan, tabel statistik, diagram Venn, program komputer.
Kecerdasan spasial: menggambar, sketsa/ diagram, peta pemikiran, rekaman video
Kecerdasan kinestetik-jasmani: acting, drama, tari, peragaan, proyek tiga dimensi.
Kecerdasan musik: lagu, ketukan, senandung, pertunjukan musik, konseptualisasi musik.
Kecerdasan interpersonal: diskusi kelompok, debat, simulasi kelompok, wawancara.
Kecerdasan intrapersonal: mengisi buku harian, buku kliping, proyek independen.
Kecerdasan naturalis: proyek ekologi, penggunaan tanaman atau hewan dalam evaluasi, kerja lapangan, penelitian tentang alam.
Rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan) yang lebih luas,
Sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju,
Keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, dosen, dan teman- teman,
Keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru,
Keinginan untuk mendapat rasa aman apabila menguasai pelajaran,
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari proses belajar.
Tingkat kecerdasan yang lemah
Gangguan emosional, seperti : merasa tidak aman, tercekam rasa takut, cemas, dan gelisah.
Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk, seperti : tidak menyenangi mata pelajaran tertentu, malas belajar, tidak memiliki waktu belajar yang teratur, dan kurang terbiasa membaca buku mata pelajaran. Kedua faktor yang telah dipaparkan merupakan faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.
Guru tidak banyak memberikan ceramah
Guru mengadakan diskusi dalam kelas
Guru memberikan penguatan (reinforcement) pemerolehan bahan yang sudah dipelajari di kelas
Guru menumbuhkan kreativitas dan aktivitas terpadu anatara teori dan praktik dalam suasana informal yang santai dan menyenangkan.
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil
Evaluasi oleh siswa sendiri
Guru memberikan tugas kepada para siswa. Melalui tugas itu, siswa-siswa tidak hanya diharapkan memahami, tetapi juga memperoleh kesadaran antar pribadi yang lebih baik dengan jalan guru membahas nilai-nilai yang terkandung dalam materi. Sehingga siswa tahu bagaimana seharusnya bersikap dalam kehidupan sehari-hari.











Metode Introspeksi Memudahkan Mempelajari Psikologi Pendidikan






Metode Introspeksi Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.






Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya.






Mempelajari Pertumbuhan dan Perkembangan itu Menyenangkan






Anak-anak merupakan individu yang sedang berkembang. Setiap anak usia awal sedang dalam perubahan. Baik dalam perubahan fisik, emosional, maupun mental ke arah yang lebih baik. Perkembangan itu diperoleh anak melalui proses mengalami dalam belajar. Menurut para ahli perkembangan dilihat sebagai suatu proses perubahan yang mengarah kepada kemajuan. Perkembangan menyebabkan tercapainya kemampuan dan sifat-sifat psikis yang baru (Purwanto, 1990, hal. 52).






Sebagai calon pendidik, dimana kita dituntut untuk memahami perilaku dan perubahan-perubahan pada anak, kita juga harus dapat memahami perkembangan – perkembangan yang terjadi pada anak didik. Seperti perkembangan fisik dan motorik, kognitif, persepsi, bahasa, dan perkembangan kemandirian. Sebagai calon guru atau pendidik kita juga harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya. Selain itu kita harus mengerti psikokologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu. Untuk itu kita sebagai seorang guru harus mempunyai teknik untuk mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik.






Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat menyenangkan karena kita akan memperoleh banyak keuntungan yang dapat kita terapkan saat kita sudah benar-benar menjadi seorang guru.






Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan






Teori belajar Edward lee Thordhike.





Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap respons menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan respons lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:






S R S1 R1 dst






Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan (Bukhori, 1979, hal. 25).






Psikologi aliran behaviristik mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Edward lee thorndike dll. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.






Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di dominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949), ia mengemukakan teorinya yang disebut sebagai teori belajar “ Connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut “Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Ia mengatakan, bahwa belajar dengan “Trial and error” itu dmulai dengan adanya beberapa motif yang mendorong keaktivan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan anak dalam belajar dibutuhkan motivasi.






Objek penelitian di hadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu, dalam hal ini objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulasinya.






Ciri-ciri belajar dengan trial and error :


Teori belajar koneksionisme ini memiliki kekurangan yaitu:



Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike telah memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan, menurutnya bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.






Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemempuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.






Mengenai Intelegensi




Intelegensi merupakan aplikasi dari kemampuan kognitif, untuk memecahkan masalah, beradaptasi pada lingkungan, belajar dari pengalaman hidup sehari-hari, berpikir terarah, bertindak rasional dan menghadapi lingkungan.






Intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, penasaran, perhatian, minat dan sebagainya juga mempengaruhi intelegensi seseorang). Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui “kelakuan intelegensinya”. Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemapuan yang dibawa sejak lahir saja, yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan. Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu (Syah, 2010, hal.33).






Berdasarkan pengamatan terhadap diri sendiri, penulis memiliki berbagai macam intelligensi. Intelligensi yan penulis miliki dapat dikembangkan dengan hal-hal berikut ini:






Definisi Motivasi dan Pengaruh Motivasi






Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Maslow, 1984, hal. 27).






Dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.






Di dalam Al-Qur’an dijumpai pula banyak ayat yang memotivasi manusia untuk belajar, berusaha memahami apa yang belum dipahami dengan, misalnya, bertanya kepada ahlinya. Bahkan pada ayat 9 Surah Al-Zumar, Allah memberi penyadaran kepada manusia bahwa orang yang berilmu pengetahuan dengan yang tidak berilmu pengetahuan pasti berbeda.






أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ






(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.





Terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dalam belajar di jurusan pendidikan fisika, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Diuraikan sebagai berikut :






a) Faktor Internal (yang berasal dari diri siswa sendiri)






1) Faktor Fisik


Faktor fisik yang dimaksud meliputi : nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi- fungsi fisik (terutama panca indera). Kekurangan gizi atau kadar makanan akan mengakibatkan kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah, dan sebagainya. Kondisi fisik yang seperti itu sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Dengan kekurangan gizi menyebabkan menurunnya kemampuan belajar, berfikir atau berkonsentrasi. Keadaan fungsi- fungsi jasmani seperti panca indera (mata dan telinga) dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi proses belajar. Panca indera yang baik akan mempermudah mahasiswa dalam mengikuti proses belajar di perkuliahan.






2) Faktor Psikologis


Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas belajar. Faktor yang mendorong aktivitas belajar adalah sebagai berikut :



Sedangkan faktor psikis yang menghambat adalah sebgai berikut :



b) Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)






1) Faktor Non-Sosial


Faktor non-sosial yang dimaksud, seperti : keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar. Ketika semua faktor dapat saling mendukung maka proses belajar akan berjalan dengan baik.






2) Faktor Sosial


Faktor sosial adalah faktor manusia (dosen, konselor, dan orang tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar akan berlangsung dengan baik, apabila dosen mengajar dengan cara yang menyenangkan, seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua mahasiswa, serta selalu membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat dirumah mahasiswa tetap mendapat perhatian dari orang tua, baik perhatian material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna membantu dan mempermudah anak-anaknya belajar di rumah.






Motivasi belajar memiliki peranan yang penting dalam mendorong kesuksesan belajar. Pendidik dan konselor perlu melakukan upaya untuk mendorong semangat peserta didik dalam belajar. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Tidak semua peserta didik memiliki motivasi belajar tinggi.






Teori Belajar yang Paling Baik





Teori belajar yang paling baik dan yang paling saya sukai adalah teori belajar kontemporer. Karena, teori belajar ini paling luas aplikasinya dan menekankan pada pembelajaran yang aktif, artinya: pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa mengkonstruksi pengetahuan (student-centered learning) dan pengajar aktif sebagai fasilitator. Siswa ditantang untuk membangun sendiri pemahaman atas fakta, konsep, hokum, dan teori, serta berbagi bentuk hubungan diantara unsure-unsur ilmu pengetahuan ini. Proses belajar dimulai pada saat siswa menerima dan menyeleksi rangsangan yang masuk ke dalam struktur kognitifnya, dilanjutkan dengan pembentukan makna. Selanjutnya, makna atau pemahaman yang sudah terbentuk akan diuji/divalidasi dengan menggunakan memori jangka pendek dn jangka panjang yang juga sudahj ada di dalam struktur kognitif siswea, untuk diasumsikan atau diintergrasikan ke dalam struktur kognitif tersebut. Dengan demikian, struktur kognitif siswa menjadi lebih kaya, kompleks, dan lengkap. Struktur kognitif yang lebih kaya, kompleks, dan lengkap ini memungkinkan siswa untuk menjalani tugas-tugas belajar yang lebih tinggi derajatnya. Guru sebagi fasilitator artinya : guru menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada siswa/peserta didik bila diperlukan. Terutama, bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan siswa sendiri.






Teori belajar Kontemporer (konstruktivistik) paling luas aplikasinya karena konstruktivisme mampu menjawab dua tantangan dalam pembelajaran pada masa kini. Tantangan yang pertama, datang dari adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua datang dari adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan yang luar biasa. Konstruktivisme menjawab tantangan yang pertama dengan meredefinisi belajar sebagai proses konstruktif dimana informasi diubah menjadi pengetahuan melalui proses interpretasi, korespondensi, representasi, dan elaborasi. Sementara itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat yang menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan baru dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi self-guided dan dari knowledge-as-possesion menjadi knowledge-as-construction. Lebih dari itu, teknologi ini ternyata turut pula memainkan peran penting dalam memperbaharui konsepsi pembelajaran yang semula fokus pada pembelajaran sebagai semata-mata suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu melakukan eksplorasi sosial budaya yang kaya akan pengetahuan.






Konstruktivisme dan teknologi komputer, secara terpisah maupun bersama-sama telah menawarkan peluang-peluang baru dalam proses pembelajaran, baik di ruang kelas, belajar jarak jauh maupun belajar mandiri. Bentuk pembelajaran “student-centered learning” yang lain adalah belajar aktif, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning, dan problem-based learning. Sedangkan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme yang cukup terkenal sekarang ialah pembelajaran kontekstual dan kuantum.






Ciri Khas Guru Dalam Aliran Behaviorisme dan Humanisme





Ciri-ciri guru yang menganut aliran Behaviorisme adalah :

Ciri-ciri guru yang menganut aliran Humanisme adalah :










Referensi :






Bukhori. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.






Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: PT. Gramedia.






Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.






Suryabrata, sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.






Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.






http://www.indonesiapsikologi.blogspot.com/2 [Diakses pada pukul 17:06, Senin 20 April 2015]






http://www.psychologymania.com/2011/09 [Diakses pada pukul 17:35, Senin 20 April 2015]









Akhmad sholihin.visiuniversal.blogspot.com/2014/03/pengertian-belajar-dan-macam-macam.html. [Diakses pada pukul 17:47, Senin 20 April 2015]
Read Comments